Catatan seorang ibu, isteri, dan pengemban mabda-Nya

Archive for Oktober, 2011

Kisah Keren…

KISAH KEREN, DIBALIK DOA YANG TAK TERKABUL

 

Ada seseorang yang rajin berdoa, minta sesuatu sama Allah. Orangnya sholeh. Ibadahnya baik. Tapi doa tak kunjung terkabul. Sebulan menunggu masih belum terkabul juga. Tetap dia berdoa. Tiga bulan juga belum. Tetap dia berdoa. Hingga hampir satu tahun doa yang ia panjatkan, belum terkabul juga. Dia melihat teman kantornya. Orangnya biasa saja. Tak istimewa. Sholat masih bolong-bolong.

Kelakuannya juga sering nggak beres, sering tipu-tipu, bohong sana-sini. Tapi anehnya, apa yang dia doain, semuanya dipenuhi. Orang sholeh ini pun heran. Akhirnya, dia pun dateng ke seorang ustadz. Ceritalah dia permasalahan yang sedang dihadapi. Tentang doanya yang sulit terkabul padahal dia taat, sedangkan temannya yang bandel, malah dapat apa yang dia inginkan.

Tersenyumlah ustadz ini. Bertanyalah si ustadz ke orang ini. Kalau Anda lagi duduk di warung, kemudian datang pengamen, tampilannya urakan, maen musiknya gak bener, suaranya fals, bagaimana? Orang sholeh tadi menjawab, segera saya kasih pak ustadz, gak nahan ngeliat dan ndengerin dia lama-lama di situ, sambil nyanyi pula.

Kalau pengamennya yang dateng rapi, main musiknya enak, suaranya empuk, bawain lagu yang kamu suka, bagaimana? Wah, kalo gitu, saya dengerin ustadz. Saya biarin dia nyanyi sampai habis. Lama pun nggak masalah. Kalau perlu saya suruh nyanyi lagi. Nyanyi sampai sealbum pun saya rela. Kalau pengamen tadi saya kasih 500, yang ini 10.000 juga berani, ustadz.

Pak ustadz pun tersenyum. begitulah nak. Allah ketika melihat engkau, yang sholeh, datang menghadap-Nya, Allah betah ndengerin doamu. Melihat kamu. Dan Allah pengen sering ketemu kamu dalam waktu yang lama. Buat Allah, ngasih apa yang kamu mau itu gampang betul. Tapi Dia pengen nahan kamu biar khusyuk, biar deket sama Dia. Coba bayangin, kalo doamu cepet dikabulin, apa kamu bakal sedeket ini? Dan di penghujung nanti, apa yang kamu dapatkan kemungkinan besar jauh lebih besar dari apa yang kamu minta.

Beda sama temenmu itu. Allah gak mau kayaknya, dia deket-deket sama Allah. Udah dibiarin biar bergelimang dosa aja dia ini. Makanya Allah buru-buru kasih aja. Udah. Jatahnya ya segitu doang. Gak nambah lagi.

Dan yakinlah, kata pak ustadz, kalaupun apa yang kamu minta ternyata gak Allah kasih sampai akhir hidupmu, masih ada akhirat, nak. Sebaik-baik pembalasan adalah jatah surga buat kita. Nggak bakal ngerasa kurang kita di situ.

Tersadarlah orang tadi. Ia pun beristighfar, sudah berprasangka buruk kepada Allah. Padahal Allah betul-betul amat menyayanginya.

http://www.facebook.com/#!/notes/yusuf-mansur-network/kisah-keren-dibalik-doa-yg-tak-terkabul/10150415176640210

Kafarat, Darajat, Munjiyat Dan Muhlikat

Anas bin Malik ra menuturkan, bahwa Baginda Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ada tiga kafarat, tiga derajat, tiga penyelamat dan tiga muhlikat. Tiga kafarat (penebus dosa) adalah: menyempurnakan wudhu pada saat cuaca amat dingin, menunggu waktu-waktu shalat dan melangkahkan kaki ke masjid untuk shalat berjamaah. Tiga derajat adalah: memberi makan (orang lemah dan lapar), menebarkan salam dan mendirikan shalat malam saat kebanyakan manusia tidur terlelap. Tiga penyelamat (munjiyat) adalah: berlaku adil dalam keadaan marah ataupun ridha, bersikap wajar dalam keadaan kaya ataupun fakir serta takut kepada Allah SWT dalam keadaan sepi maupun ramai. Tiga muhlikat (penghancur) adalah: sifat kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan takjub terhadap diri sendiri (Al-Bazzar, Musnad al-Bazzar, II/290).

Kafarat, Darajat, Munjiyat
Dari penuturan Rasulullah SAW di atas, berarti ada sembilan yang perlu diupayakan seorang Muslim. Pertama: Menyempurnakan wudhu pada saat cuaca sangat dingin. Tentu, ini tidak disukai oleh siapapun. Namun, bagi seorang Muslim cuaca amat dingin tak akan menjadi ha-langan untuk menunaikan shalat. Kedua: menunggu waktu-waktu shalat, tentu karena rindunya untuk menunaikan setiap shalat fardhu. Ketiga: melangkahkan kaki ke masjid untuk shalat berjamaah. Inilah yang akan menjadi kafarat (penebus dosa).

Keempat: memberi makan orang-orang lemah dan lapar. Kelima : mengucap-kan salam kepada orang yang dikenal maupun tak dikenal. Keenam: menunaikan shalat malam (tahajud) saat orang-orang lelap tertidur dan tenggelam dalam mimpi. Inilah yang akan mengangkat derajat seseorang di akhirat kelak.

Ketujuh: berlaku adil dalam keadaan marah ataupun ridha. Dengan itu, seorang Muslim tidak akan berlaku dzalim kepada orang lain pada saat marah, dan ia pun tak rela terjatuh pada keharaman hanya demi meraih keridhaan manusia. Kedelapan: bersikap wajar dalam keadaan kaya atau-pun fakir; ia bersyukur saat kaya dan ber-sabar saat fakir. Kesembilan: senantiasa menumbuhkan rasa takut kepada Allah SWT, baik dalam keadaan sepi (tersem-bunyi dari manusia) maupun dalam ke-adaan ramai (berada di tengah-tengah manusia). Sebagian ulama berpendapat, didahulukannya dalam keadaan sepi karena di situlah derajat takwa yang paling tinggi. Ketiga hal ini akan menyelamatkan seorang Muslim dari azab Allah SWT di akhirat kelak.

Muhlikat
Sebaliknya, dari hadits di atas, ada tiga perkara yang mesti dijauhi seorang Muslim: Pertama: Sifat kikir yang selalu ditaati. Sifat kikir ini menjadikan pelakunya enggan untuk menunaikan hak Allah SWT maupun hak makhluk. Di dalam sebuah hadis sahih Baginda Rasulullah pernah bersabda, “Kalian harus waspada terhadap sifat kikir. Sebab, sifat kikir telah menghancurkan orang-orang sebelum kalian. Kikir telah menjadikan mereka berlaku bakhil, dzalim dan memutuskan tali persauda-raan.” (HR al-Hakim dan al-Baihaqi).

Kedua: Hawa nafsu yang diikuti. Dalam hal ini, Imam Ali kw pernah berkata, “Sesungguhnya ada hal yang paling aku khawatirkan atas kalian, yakni  mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Mengikuti hawa nafsu bisa mengakibatkan orang menyimpang dari kebenaran, semen-tara panjang angan-angan bisa menjadi-kan orang lupa akan akhirat.” (HR al-Baihaqi dalam Sya’b al-Iman, VII/369).

Banyak nash Alquran maupun hadits yang mencela sikap memperturutkan hawa nafsu. Allah SWT, misalnya, berfirman (yang artinya): Siapakah yang lebih sesat daripada  orang yang memperturutkan hawa nafsunya tanpa mendapatkan petunjuk dari Allah SWT? (TQS al-Qash-shash: 50). Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Hukumilah manusia dengan cara yang benar dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu hingga membuat kamu tersesat dari jalan Allah dan mendapatkan azab yang sangat keras (TQS Shad: 26).

Menurut Ibn Taimiyah, siapa saja yang tidak mengikuti perintah Allah SWT dan Rasul-Nya pada dasarnya dia telah meng-ikuti hawa nafsunya tanpa mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Karena itulah, Imam Hasan al-Bashri pernah berkata, “Hati-hatilah terhadap hawa nafsu dan ra’yu-mu dalam hal urusan agama Allah dan mintalah nasihat dari Kitabullah untuk dirimu.”

Ketiga: Takjub terhadap diri sendiri, yakni memandang dirinya sebagai sem-purna/hebat sembari melupakan kenya-taan bahwa semua yang ada pada dirinya merupakan nikmat Allah yang wajib disyukuri. Imam al-Ghazali menyatakan, sikap ujub (takjub diri) adalah mengang-gap dirinya besar; ia terlena dengan ragam nikmat yang dia rasakan sembari melupa-kan sang Pemberi nikmat. Sikap ujub ini pada akhirnya sering melahirkan sikap sombong (arogan). Sikap ini tercermin dalam apa yang diisyaratkan Baginda Rasulullah SAW, “Sombong itu menolak kebenaran dan cenderung merendahkan orang lain.” (HR Muslim, at-Tirmidzi dan al-Hakim). Tiga yang terakhir inilah yang dapat menghancurkan pelakunya, di dunia apalagi di akhirat. Na’udzu billah min dzalik.[] abi

http://www.mediaumat.com/hikmah/2248-45-kafarat-darajat-munjiyat-dan-muhlikat.html