Catatan seorang ibu, isteri, dan pengemban mabda-Nya

Archive for Mei, 2012

‘Wanita Cantik’ Model Peran Barat Bagi Dunia ?

Para wanita cantik di Barat, dan di seluruh dunia berlomba-lomba ingin menjadi seperti gambaran yang sangat spesifik didefinisikan – seorang wanita yang berperawakan tinggi, ukuran nol, memiliki fitur wajah simetris dengan hidung berukuran pas,bibir yang ‘disengat lebah’ dan rambut mengkilap sering kali dijadikan sebagai model ideal wanita cantik.

Standar ‘wanita cantik’ ini pada awalnya didefinisikan oleh negara-negara Kapitalis Barat di mana wanita yang cocok dengan gambaran ini sangat terkait dengan keberhasilan, keyakinan serta dihargai dan dihormati di tengah-tengah masyarakat. Germaine Greer, seorang feminis Barat dan penulis, lebih lanjut menjelaskan hubungan antara kecantikan dan prestasi di dalam bukunya, “Wanita Seutuhnya” : “Setiap perempuan tahu bahwa, -terlepas dari semua prestasi lain-, dia gagal jika dia tidak cantik”. Wanita Muslim juga telah disetting pada upaya untuk mencapai citra ideal kecantikan agar merasa dihargai.

Namun penting untuk memahami bahwa citra yang wanita cari, mewakili tidak hanya bagaimana dia ingin menyajikan dirinya untuk dunia secara fisik tetapi juga merupakan identitasnya – bagaimana dia memandang hidup dan bagaimana dia ingin menjalani hidupnya.

Wanita Barat membanggakan dirinya dengan menjadi kuat dan mandiri, memegang keyakinan bahwa ia bebas untuk menentukan citra yang ingin dia adopsi dalam kehidupan – sebagaimana diklaim dalam masyarakat liberal sekuler. Tetapi kenyataannya adalah jauh dari pandangan naif. Masyarakat kapitalis Barat yang nilai-nilai keuntungan lebih ditinggikan daripada prinsip-prinsipnya, telah menetapkan ‘standar’ kecantikan dan inilah tampilan tertentu yang diglamorisasi di majalah mode dan gaya hidup serta melalui kecantikan berharga milyaran dolar dan industri kosmetik.

Apakah kecantikan ideal menurut Barat tercapai?

Keberhasilan industri kecantikan dan kosmetik sangat bergantung pada kenyataan bahwa citra seorang wanita cantik tidak bisa dicapai baik sebagai industri yang berkembang pada insekuritas perempuan – memaksa mereka untuk membeli produk-produk kecantikan atau menjalani operasi kosmetik menyakitkan untuk mempertahankan gambaran kecantikan ini.

Tidak rasional untuk mengharapkan bahwa perempuan dari komunitas tunggal apalagi seluruh dunia harus mengukur sampai ketinggian tertentu, berat tertentu, warna tertentu dari warna kulit dan rambut, ekspresi tertentu dan usia tertentu. Fakta bahwa pemikiran ini tidak sesuai dengan kenyataan hidup lebih tercermin dalam fakta yang terkenal bahwa industri iklan secara rutin melakukan upaya-upaya buatan seperti airbrushing dan “re-touch” digital untuk memproyeksikan citra kecantikan yang ideal.

Dalam Islam tidak ada konsep tetap kecantikan. Islam tidak menetapkan standar yang tidak realistis dan kemudian berharap untuk memenuhinya, melainkan memberitahu kita gambaran seperti apa yang perlu kita adopsi dalam berbagai keadaan. Kecantikan bagi wanita Muslim adalah mengikuti hukum syariah dan keburukannya adalah meninggalkannya dan mengikuti hawa nafsu kita sendiri.

Untuk mengadopsi sikap seperti ini adalah berada dalam wilayah kemampuan semua orang dan menyelamatkan kita dari tekanan menjadi ‘tren’ serta mengubah warna kulit kita, ukuran pinggang dll di luar standar yang realistis.

Wanita muslim memiliki prinsip tetap untuk menilai dirinya sendiri dan orang lain. Prinsip tersebut tidak berubah sesuai dengan tren terbaru. Dia menghargai ketaatan kepada Allah dan tahu ini adalah ukuran yang benar akan kesuksesan.

“Yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah (orang beriman) yang memiliki ketaqwaan paling tinggi” [Al-Hujurat :13]

Oleh karena itu, perhatian utama kita seharunya bukanlah apa yang ada di ‘dalam’ dan apa yang ada di ‘luar’ tapi dari kepribadian Islam secara menyeluruh, yang berpikir tentang segala sesuatu dengan kacamata Islam.

Kita harus menyadari bahwa ada satu miliar dolar penipuan terjadi. Tidak ada yang benar-benar terlihat seperti gambar di majalah yang selalu di-airbrush dan terdistorsi.Cita-cita yang kita cari harus datang dari Islam sendiri karena ini adalah sudut pandang yang benar untuk semuanya. Mari kita menjadi pemikir wanita Muslim yang menghargai hal-hal yang benar dan tidak menjadi terobsesi dengan apapun yang dikenakan oleh top model manapun, atau krim yang akan membuat kita terlihat lebih putih dan diet yang harus kita coba berikutnya. Pada akhirnya, sistem kapitalis yang dominan, -hanya berfokus pada menghasilkan uang-, merupakan akar penyebab yang menetapkan standar-standar tersebut sehingga perlu ditantang dan diubah.

Dr Sarah Siddiqui adalah seorang praktisi medis dan analis politik lepas yang berbasis di Karachi.

Sumber : http://www.khilafah.com/index.php/the-khilafah/social-system/13835-the-beautiful-woman-of-the-west-role-model-for-the-world

Tempat Kembali

Sahabat..

‘Tak perlu Takabur dengan rumah kalian..
…karna rumah terakhir kita hanyalah kuburan..

‘Tak perlu Ujub dengan kasur yang mewah..
..karna tempat tidur terakhir kita hanyalah tanah..

‘Tak perlu Bangga dengan jas berdasi kita..
..karna pakaian terakhir hanyalah kafan semata..

‘Tak perlu Sombong dengan mobil anda..
…karna kendaraan terakhir kita hanyalah keranda..

‘Tak perlu Riya’ dengan gelar antum..
…karna titel terakhir kita adalah almarhum..


Seorang sahabat bertanya :
“Wahai Rasulullah, Siapakah orang mukmin yang paling cerdas?”
Rasulullah saw menjawab :
“Yang paling banyak mengingat mati, kemudian yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang paling cerdas.”
[HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy]

 

Siapkah Kita Bermalam Pertama ?

Hari ini..
Kuberanjak dari tempat tidur..
Karena hiruk pikuk dunia pergi meninggalkanku..
Wahai malam pertama di kubur,
Katakan padaku, apa yang akan terjadi ?

Inilah malam pertamaku di dalam kubur..
Malam dimana para ulama menangis..
Malam dimana para pemimpin mengadu..
Malam dimana para penyair meratap..
Malam dimana para pedagang menyesal..

Ya Allah Ya Rabb..
Tempat apakah ini ?
Tempat manakah yang lebih jauh dari tempatku ini..?
Tempat manakah yang lebih buruk dari tempatku ini..?
Tempat manakah yang lebih gelap dari tempatku ini..?

Malam pertama di dalam kubur..
Ia adalah awal dari malam-malam selanjutnya..
Ia, kalau bukan awal dari malam-malam surga,
adalah awal dari malam-malam neraka..

Kala nyawa telah tersengal dengan lenguh gemertak di dada..
Aku baru tersadar..
Bahwa selama ini..
Aku tertipu..
Aku tertipu..

Ya Allah ya Rabb..
Sampaikan salamku teruntuk semua sahabatku..
Yang selalu menasehati dan mengingatkanku..
Akan hari pertamaku di alam ini…


Rasulullah saw bersabda,
“Liang kubur adalah tempat akhir pertama yang kita singgahi. jika seorang hamba selamat di dalamnya, ia akan beruntung dan bahagia. Namun jika gagal, na’udzubillah, niscaya ia akan kehilangan semua akhiratnya..”

Lima Anak Haram Sang Pelacur

Ada pelacur bernama Sekulerisme.

Prinsip hidupnya: jangan bawa-bawa agama ke ruang publik.

Dia adalah anak brokenhome dari perselingkuhan kekuasaan negara dan kekuasaan agama.

(* andaikata negara/umara dan agama/ulama ini “nikah” baik-baik, tentu gak begini jadinya *).

Karena itu tak heran Sekulerisme kemudian memiliki lima anak haram.

Anak pertama bernama Liberalisme.

Prinsip hidupnya: biarkan semua bebas bicara, bebas berperilaku, bebas berkeyakinan/beragama dan bebas dalam memilih cara memiliki sesuatu, selama tidak mengganggu kebebasan orang lain. Karena itu, Liberalisme tidak menghalangi orang untuk memeluk agama – apapun agamanya, bahkan mereka yang membuat agama barupun harus dihormati.  Belakangan Liberalisme juga melahirkan anak haram: yaitu Permisivisme..

Anak kedua bernama Pluralisme.

Prinsip hidupnya: ruang publik jangan didominasi salah satu kelompok / paham tertentu saja.  biarkan semua terlibat. pembangunan akan lebih cepat kalau energi kesalehan disinergikan dengan energi setan.  Karena itu, Pluralisme memandang, setiap kelompok harus terwakili dan didengar suaranya dalam membuat kebijakan publik, termasuk kelompok pekerja seks komersial, kelompok pengedar narkoba, ataupun kelompok keluarga terpidana korupsi.

Belakangan Pluralisme juga melahirkan anak haram: yaitu Sinkretisme agama.

Anak ketiga bernama Demokrasi.

Prinsip hidupnya: dari, oleh dan untuk rakyat.

Kedaulatan hukum itu ada pada rakyat, sehingga penguasa wajib menjalankan keinginan rakyat.  Kekuasaan ditentukan dengan pemilu yang bebas oleh rakyat, ini ditandai dengan kebebasan pers, kebebasan berserikat (berpartai) dan kebebasan pemilu yang jujur dan adil.  Demokrasi memandang kalau mayoritas rakyat menginginkan de-kriminalisasi narkoba, maka bisa dibuat Undang-Undang yang lebih ramah terhadap narkoba.  Demikian juga kalau mayoritas rakyat memandang legalisasi profesi pekerja seks atau legalisasi profesi rentenir sebagai hal yang lebih bermanfaat, maka akan keluar pula hukum yang memayunginya.  Satu-satunya yang dianggap benar adalah keinginan rakyat, hari ini, di negeri ini.  Karena itu Demokrasi kadang menelurkan keputusan yang kontradiktif, yaitu secara langsung atau tak langsung bisa menghancurkan masa depannya sendiri, atau rakyat / lingkungan negeri lain.  Tak heran belakangan Demokrasi melahirkan anak-anak haram: yaitu “kepentingan nasional” (Nasionalisme) – dan Chauvinisme.

Anak keempat bernama Kapitalisme. 

Prinsip hidupnya: biarkan tangan-tangan gaib kekuatan pasar mengatur dirinya sendiri, bagaimana distribusi barang dan jasa yang paling optimal untuk kebahagian semua orang. Hasilnya, semua bisa didapatkan bagi yang punya uang.  Anak keempat ini cukup dominan dalam keluarga, karena dialah penopang utama kakak-kakaknya.  Dia royal memberi “uang jajan” atau “uang lelah” ke aktivis pro Liberalisme, juga rajin pasang iklan ke media massa pro Pluralisme, dan tentu saja memberi “modal” untuk membesarkan partai, membiayainya dalam kampanye,  melobby para politisi pesaing dan kaum intelektual, hingga “money politik” untuk calon pemilihnya dalam pemilu.  Semua tentu saja dipandang sebagai investasi, tidak gratis.  Kapitalisme ini akan meminta pengembalian “plus bunga” dalam bentuk peraturan perundangan yang akan menjamin bahwa mereka semakin kaya, misalnya sistem ribawi, sistem uang fiat, sistem pasar saham sekunder, sistem hak konsesi atas sumber daya alam, sistem monopoli kekayaan intelektual, dan sebagainya.

Kapitalisme memiliki anak-anak haram: Materialisme dan Hedonisme, yang merasa bahwa tolok ukur kebahagian di dunia diukur dengan materi, dan hidup harus dipuas-puaskan dengan kenikmatan dunia..

Anak kelima bernama Imperialisme.

Prinsip hidupnya: Gold, Gospel & Glory.  Di manapun, kekayaannya harus kita kuasai; referensi hidupnya harus referensi kita; dan kita harus dihormati atau bahkan diagungkan.  Karena prinsipnya ini, maka Imperialisme mengekspor tak cuma produk maupun jasa, tetapi juga falsafah hidup, hukum yang menjadi rujukan halal/haram, bahkan nilai-nilai etika dan estetika (film, food, fun, fashion). Pada masa dulu, imperialisme dilakukan secara militer, tetapi sekarang lebih kuat karena dibentengi hutang dan aturan dagang, mata uang internasional, hukum internasional, dsb.  Imperialisme memiliki anak haram yaitu Globalisasi.

Lima anak ini kini telah merantau.  Terkadang dua atau tiga bersaudara bertemu di suatu negeri, dan bahkan melakukan selingkuh sedarah (incest).   Hasilnya tentu berbeda dengan yang hanya di kandang sendiri …  Apalagi kalau terus ikut tobat dan ngaji nyantri …

Merasa kenal?

-Prof. Fahmi Amhar-

http://www.facebook.com/notes/fahmi-amhar/lima-anak-haram-sang-pelacur/10150760314486921

Kisah Adik Haram Sang Pelacur

KISAH ADIK HARAM SANG PELACUR

oleh Fahmi Amhar

 

 

Ada pecundang bernama Atheisme.

Prinsip hidupnya: agama adalah candu!

Dia juga anak haram sejarah, yang marah ketika ajaran agama dijadikan alat penindas oleh kekuasaan negara, sementara para pemimpin agama menjadikan agama hanya obat penenang bagi kaum dhuafa.

(* andaikata negara/umara membangkitkan rakyat dengan solusi kaffah dari ahli agama/ulama, tentu gak begini jadinya *).

Atheisme merasa kesal dengan solusi dari kakak haramnya, pelacur dunia bernama Sekulerisme (http://www.facebook.com/messages/100000837346075#!/notes/fahmi-amhar/lima-anak-haram-sang-pelacur/10150760314486921?comment_id=21939289&notif_t=like), yang dalam prakteknya terlalu didominasi oleh anaknya yang ke-empat yaitu Kapitalisme.

Karena itu tak heran Atheisme kemudian bertekad juga memiliki lima anak yang semua dididiknya agar bersaing dengan anak-anak Sekulerisme.

 

Anak pertama bernama Sosialisme.

Nama aslinya Marxisme.  Prinsip hidupnya adalah: segala sesuatu hanya materi, yang berkembang sesuai dengan evolusi.  Dia sangat percaya dengan teori evolusi Darwin, bahkan dikembangkannya lagi untuk memahami fenomena masyarakat.  Tetapi kemudian dia lebih sering dipanggil Sosialisme, karena belakangan prinsip hidupnya: “apapun harus menjadi milik bersama, termasuk kebahagiaan dan kekuasaan”, karena kebersamaan adalah proses akhir dari evolusi material.  Sosialisme adalah keniscayaan sejarah setelah Kapitalisme.

Anak ini sangat dominan dalam keluarga, karena dialah penyemangat dan penopang utama saudara-saudaranya. Baginya merampok milik pribadi orang-orang kaya, lalu membagi-baginya ke kalangan bawah adalah sebuah perbuatan mulia.

Sosialisme memiliki anak haram: Nasional-Sozialisme (Nazi) dan Baathisme.

 

Anak kedua bernama Komunisme.

Nama aslinya adalah Otokrasi.

Prinsip hidupnya: “Suara partai adalah suara rakyat”. Kedaulatan hukum itu ada pada partai, karena partai adalah pemimpin rakyat, penyambung lidah rakyat, pembela hak-hak rakyat, dan pejuang kepentingan rakyat sehingga penguasa wajib menjalankan keputusan partai. Kekuasaan ditentukan dengan pemilihan di antara kader partai, sehingga pers harus dikontrol partai. Kalau partai memandang pelarangan tempat ibadah atau penghapusan asset pribadi sebagai hal yang lebih bermanfaat, maka akan keluar pula hukum yang mendasarinya. Satu-satunya yang dianggap benar adalah keinginan partai, hari ini, di negeri ini. Karena partai juga terdiri dari manusia-manusia yang terbatas wawasannya, maka Otokrasi bisa saja menelurkan keputusan yang kontradiktif, yang secara langsung atau tak langsung bisa menghancurkan masa depannya sendiri, atau rakyat / lingkungan negeri lain.

Karena pengaruh kakaknya (Sosialisme) begitu kuat, belakangan dia merubah namanya menjadi Komunisme.

Kemudian dia punya beberapa anak haram, ada yang beraksen Rusia, Cina, Afrika maupun Indonesia.

 

Anak ketiga bernama Despotisme.

Prinsip hidupnya: “karena kami yang berkeringat, maka harus kami yang berkuasa”.  Ruang publik harus didominasi dan diperintah oleh satu kelompok yang sepaham saja.  Bahkan di dalam kelompok ini tidak boleh ada faksi-faksi ataupun pendapat yang berbeda.  Pembangunan akan efektif kalau satu bangsa satu tujuan, satu metode, satu partai dan satu pemimpin. Karena itu, Despotisme memandang, tidak dikehendaki ada partai-partai oposisi di dalam masyarakat.  Sebenarnya Despotisme ini tidak terlalu peduli ajaran kakaknya Sosialisme ataupun ibunya Atheisme.  Jadi dia bisa juga berkawan dengan Ayah Haramnya dari Agamawan maupun dari Sepupu Haramnya Kapitalisme.

Belakangan Despotisme melahirkan anak-anak haram: yaitu Authoritarianisme dan Totaliterisme.

 

Anak keempat bernama Fasisme.

Prinsip hidupnya: “jangan biarkan mereka bebas, karena masyarakat perlu dipimpin (oleh Sosialisme)”. Karena itu, Fasisme mencabut berbagai kebebasan, baik itu kebebasan berbicara, beribadah, berserikat maupun berusaha.  Semua harus dipimpin oleh seorang pemimpin besar yang “tercerahkan” dan “dicintai rakyat”.

Fasisme melahirkan anak-anak haram seperti Stalinisme dan Maoisme.

Anak kelima bernama Internasionalisme.

Nama lengkapnya: Proletarian-Internasionalisme.

Prinsip hidupnya: Dunia ini akan paling aman, paling adil dan paling makmur kalau diberintah oleh kaum proletar dengan ajaran Sosialisme. Karena prinsipnya ini, maka Internasionalisme mengekspor revolusi dan ide kakak-kakaknya ke seluruh dunia. Penyebaran ini tentu saja dilakukan secara militer, tetapi sayangnya, anak kelima ini justru mati paling awal di medan sejarah.

Belakangan kakak-kakaknya juga kehilangan arah, dan akhirnya berselingkuh dengan anak-anak Sekulerisme.

Di Cina, Komunisme akhirnya berselingkuh dengan Kapitalisme.  Dunia politik tetap Komunisme, tetapi ekonomi Kapitalisme.

Sedang di Eropa, Demokrasi mau incest dengan adiknya yaitu Kapitalisme sekaligus berselingkuh dengan Sosialisme, menjadi “Kapitalisme berwawasan Demokrasi dan Sosial”.

Sedang di beberapa negara berkembang, Kapitalisme berselingkuh dengan Despotisme.  Jadinya sumber daya ekonomi benar-benar diserahkan pasar, tetapi pemerintahan sangat otoriter, meskipun dilegalkan dengan pemilu.

Adab Walimah (Resepsi) Dalam Pernikahan

HIJAB DALAM WALIMAH -ADAB WALIMAH (RESEPSI) PERNIKAHAN

1. Tidak bercampur baur antara pria dan wanita.
Terkadang umat islam masih banyak yang memandang aneh terhadap orang yang melaksanakan tuntutan di atas. Padahal umat islam sudah tidak asing lagi dengan pemisahan antara laki-laki dan wanita. Bukanlah ketika sholat di masjid, jama’ah laki-laki terpisah dengan jama’ah wanita ? Lalu kenapa walimah hal ini menjadi asing bagi kita ?

2.Hijab

Hijab berarti “tirai” atau pembatas atau penyekat. Istilah hijab ini digunakan untuk tirai penyekat yang membatasi antara laki-laki dan wanita yang bukan muhrimnya, seperti ayat berikut : “Apabila kamu (laki-laki bukan muhrim) meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir (tirai).” (QS. Al-Ahzab : 53).

Islam menyuruh kita menahan sebagian pandangan, maka untuk membantu terlaksananya itu diperlukan hijab (tirai) yang membatasi pandangan antara pria dan wanita. Hal ini dicontohkan dalam riwayat perkawinan Rosulullah Saw dengan Zainab yang merupakan sebab turunnya surat Al-Ahzab : 53 di atas.

3.Menghindari syirik dan khurafat

Oleh karena walimah merupakan ibadah, maka kita harus menghindari perbuatan – perbuatan yang mengarah pada syirik dan khurafat. Dalam masyarakat kita, terdapat banyak kebiasaan dan adat istiadat yang dilandasi oleh kepercayaan terhadap selain Allah seperti percaya kepada dukun, memasang sesajen, dll. “Barang siapa yang mendatangi dukun atau peramal dan percaya kepada ucapannya maka ia telah mengkufuri apa yang telah diturunkan oleh Allah kepada Muhammad Saw.” (HR. Abu Daud).

Begitu pula seorang muslim selayaknya tidak percaya kepada perhitungan hari bake dan hari buruk. “Barang siapa membatalkan maksud keperluan karena ramalan dari mujur sial, maka ia telah syirik kepada Allah. “ (HR. Ahmad).

4. Menghindari kemaksiatan

Dalam sebuah acara pernikahan, hendaknya kita menghindari terjadinya cara minum-minuman keras dan judi, karena jelas dilarang syari’at islam.

5. Menghindari hiburan yang merusak

Begitu pula sebaiknya dihindari suguhan acara hiburan berupa tarian oleh wanita-wanita yang berusaha tidak sesuai denggan syari’at islam, bahkan cenderung mempertontonkan aurat. Serta, umat islam selayaknya tidak memperdengarkan musik yang liriknya mengandung ajakan maksiat seperti mengajak pergaulan bebas, narkoba dll. “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Lukman : 6).

6. Mengundang fakir miskin

Rasulullah bersabda : “Makanan yang paling buruk adalah makanan dalam walimah dimana orang – orang kaya diundang makan, sedangkan orang – orang miskin tidak diundang.” (H. Baihaqi).

Fakir miskin bukanlah orang yang sama sekali tidak memiliki nafkah tetapi tidak tercukupi kebutuhan primernya. Fakir miskin yang diundang diprioritaskan tetangga dekat yaitu radius 40 rumah dari rumah kita. Teknis pelaksanaannya dapat dengan cara mengundang langsung mereka atau membagikan bingkisan makanan setelah acara walimah selesai.

7. Syiar Islam

Disunnahkan walimah, diantaranya dimaksudkan syiar sehingga usahakan dalam acara walimah tersebut terdapat pembacaan ayat suci Al-Quran, khutbah nikah yang menjelaskan mengenai masalah pernikahan, brosur-brosur atau selebaran yang berisi ajakan untuk melaksanakan syariat islam.

Nur Maulidiyah

Menggapai Hati Yang Khusu’

” Dan mintalah pertolongan ( kepada ) Allah dengan sabar dan sholat.Dan sesungguhhya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu’ , ( yaitu ) orang-orang yang menyakini , bahwa mereka akan menemui Robb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepad-Nya ” (QS. Al Baqarah : 45 -46)

Pada tulisan yang lalu telah diterangkan tentang sabar dan sholat serta pengaruhnya terhadap penyelesaian problematika hidup. Begitu juga sudah kita ketahui bahwa sabar dan sholat ini akan sangat sulit dikerjakan secara baik dan terus menerus kecuali oleh orang-orang yang khusu’. Pada tulisan di bawah ini akan diterangkan hakekat khusu’ menurut Al Qur’an dan Hadist, serta padangan para ulama. Untuk mempermudah pembahasan akan dibagi menjadi beberapa pelajaran :

Pelajaran Pertama :

Khusu’ merupakan inti sari dalam ibadat sholat, tanpanya sholat tidak mempunyai arti. Kedudukan khusu’ dalam sholat bagaikan nyawa dalam sebuah badan, atau buah dalam sebuah pohon, atau amal dalam sebuah ilmu. Khusu’ artinya tunduk, tenang dan rendah diri serta tawadhu’. Dalam sebuah ayat disebutkan :

وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًاً.

“Dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.”(Qs. Toha : 108 )

Khusu’ secara istilah adalah : keadaan jiwa yang berdampak pada ketenangan dan tawadhu’ dalam bersikap.

Akan tetapi kalau kita melihat teks ayat di atas, maka orang yang khusu’ adalah :

1/ Orang yang menyakini bahwa dia cepat atau lambat akan meninggalkan dunia yang fana’ ini dan akan menemui Robb-nya untuk mendapatkan balasan dari perbuatannya selama hidup di dunia

2/ Orang yang menyakini bahwa kematian akan menjemputnya setiap saat, sehingga dia selalu mempersiapkan bekal untuknya, yaitu menjalankan segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. ([1])

Pelajaran Kedua :

Khusu’ dibagi menjadi dua :

Pertama : Khusu’ Mahmud (khusu’ yang terpuji), yaitu khusu’ yang terdapat dalam hati, dan efeknya terlihat dalam sifat dan sikap serta gerak –gerikMaka orang yang khusu’ dalam sholat akan selalu menundukkan pandangan dan tidak melirik ke kanan atau ke kiri atau melihat ke atas. Berkata Ibrahim An Nakh’I : ”Khusu’ itu bukan dengan memakai baju kasar dan compang-camping, ataupun makan makanan yang keras, dan selalu menundukkan kepala. Akan tetapi khusu’ adalah jika kamu memandang semua orang sama derajatnya, baik para pejabat maupun orang awam, serta kamu tunduk dengan apa yang diperintahkan Allah subhanahu wa ta’ala. Suatu ketika Umar bin Khottab melihat seorang pemuda berjalan sambil menundukkan kepalanya, beliaupun menegur pemuda tersebut seraya berkata : ”Wahai pemuda angkat kepalamu, karena khusu’ itu hanya di hati“. Berkata Ali bin Abi Thalib : ”Khusu’ itu terdapat dalam hati, dan tandanya kamu berbuat lembut terhadap sesama muslim, serta tidak menoleh-noleh ketika sedang melakukan sholat”.

Kedua : Khusu’ Madzmum (Khusu’ yang tercela). Khusu’ ini adalah khusu’ yang dibuat-buat, padahal hatinya tidak demikian, seperti berpura-pura menangis dan menunduk-nundukkan kepala. Pernah pada suatu ketika seseorang mengambil nafas panjang dan berpura-pura sedih di depan Umar bin Khottab, melihat seperti itu, Umar langsung menamparnya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Umar bin Khattab jika berbicara lantang, jika berjalan cepat, jika memukul keras, tetapi walaupun begitu beliau adalah seorang ahli ibadat yang benar dan orang yang benar-benar khusu’.([2]) Artinya khusu’ yang hakiki tidaklah bertentangan dengan sikap yang tegas dan suara yang lantang serta berjalan yang tegap, karena khusu’ letaknya di hati saja.

Pelajaran Ketiga :

Khusu’ mempunyai beberapa manfaat, diantaranya adalah :

1/ Khusu’ yang terdapat dalam hati akan menyebabkan bertambahnya iman seseorang, atau paling tidak akan menjaga stabilitas keimanan seseorang. Dengan khusu’ tersebut, seseorang akan merasakan hatinya tetap hidup, segar dan tenang, karena ia selalu dekat dengan Allah. Dengan khusu’ seseorang akan mampu menepis syubhat dan syahwat yang akan selalu mengganggu hatinya. Oleh karena itu Allah memerintahkan kaum muslimin untuk selalu menambah keimanannya setiap hari dan mengecam orang-orang yang tidak khusu’ hatinya untuk menerima kebenaran dalam Al Qur’an, sebagaimana firmanNya :

أَلَمْ يَاًنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Qs. Al Hadid : 16)

Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa yang menyebabkan para ahli kitab menjadi fasik, karena hati mereka keras dan tidak khusu’. Dan hati yang keras ini akibat dari perbuatan-perbuatan jahat yang mereka lakukan secara terus-menerus tanpa dimasuki rasa khusu’ sedikitpun, sehingga mereka semakin jauh dari ajaran agama ini. Akan tetapi walaupun begitu, Allah subhanahu wa ta’ala masih memberi kesempatan kepada siapa saja dari hamba-Nya untuk bisa menjadikan hatinya khusu’ dan dekat dengan Allah. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala mampu menghidupkan kembali tanah yang kering dan tandus dengan menurunkan hujan di atasnya sehingga menjadi subur dan gembur ([3]), Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya” (Qs. Al Hadid : 17)

2/ Khusu’ akan menyebabkan seseorang dekat dengan Allah subhanahu wa ta’ala, sehingga hatinya selalu dipenuhi dengan cahaya keimanan. Dengan khusu’ tersebut, dia bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah baik yang terdapat dalam Al Qur’an maupun yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bekal khusu’ tersebut, dia mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di sekitarnya.

3/ Khusu’ dalam hati akan mampu membentengi hati dari penyakit ‘ujub (merasa paling hebat), riya’ dan sum’ah.

4/ Dengan khusu’ tersebut, seseorang akan mendapatkan rahmat dari Allah swt.

5/ Dengan khusu’ tersebut, seseorang akan mendapatkan kabar gembira dari Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya :

فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

”Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah ( khusu’) ” (Qs. Al Hajj : 34)

Ayat di atas menunjukkan salah satu bentuk khusu’, yaitu tunduk kepada Allah subhanahu wa ta’ala secara mutlak.

6/ Dengan khusu’, seseorang akan mendapatkan kejayaan yang akan mengantarkannya kepada syurga , sebagaimana firman-Nya :

قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُونَ ، الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ … أُوْلَئِكَ هُمُ الوَارِثُونَ ، الَذِينَ يَرِثُونَ الفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

” Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya……..Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya“ (Qs. Al Muminun : 1,2,10,11)

7/ Dengan khusu’, seseorang bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat, Karena ilmu yang bermanfaat adalah semua ilmu yang menyebabkan seseorang takut kepada Allah ssubhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat, sebagaimana yang tersebut dalam salah satu do’anya:

اللّهُمّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يَسْمَعُ

“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan hati yang tidak khusu’, dan jiwa yang tidak pernah kenyang, dan do’a yang tidak didengar ”

Khusu’ inilah yang diangkat pertama kali dari diri manusia, maka pada zaman sekarang jarang kita dapatkan orang yang khusu’ hatinya, baik dalam sholat maupun di luar sholat, hal ini sesuai yang sebut dalam hadist :

أَوَّلُ مَا يُرْفَعُ مِنَ النَّاسِ الْخُشُوْعُ

”Pertama kali yang diangkat dari diri manusia adalah khusu’ (Hadist Shohih Riwayat Tobrani, lihat juga dalam Shohih Al Jami’ Shoghir no : 2576)

8/ Dengan khusu’, seseorang akan bertambah semangatnya di dalam beramal dan bekerja sehingga hasilnya bisa maksimal.

9/ Dengan khusu’, seseorang akan menjadi ringan di dalam melaksanakan ibadat, bahkan merasa senang dengannya. Dalam suatu hikmah Arab dinyatakan:

مَنْ عَرَفَ مَا يُطْلَبُ ، هَانَ عَلَيْهِ مَا يَبْذُلُ ، وَمَنْ أَيْقَنَ بِالْخَلْفِ ، جَادَ بِالْعَطِيَّةِ

”Barang siapa mengetahui apa yang diminta, maka akan ringan untuk mengorbankan sesuatu untuknya, dan barang siapa yang yakin akan mendapatkan balasan, maka dia akan menjadi royal untuk memberi ”

10/ Dengan khusu’, seseorang menjadi cepat menerima kebenaran, bahkan mengamalkan kebenaran tersebut dan bahkan berdakwah kepadanya dengan sungguh-sungguh.

11/ Dengan khusu’ tujuan umat Islam dalam hidup ini bisa disatukan yaitu mencari ridho Allah.

Pelajaran Keempat :

Bagaimana caranya supaya hati bisa khusu’? Di sana ada beberapa amalan yang bisa mendatangkan kekhusu’an dalam hati, diantaranya adalah :

1/ Menerima perintah Allah dan Rosul-Nya dengan rela dan pasrah tanpa ragu-ragu, dan tidak menolaknya hanya karena tidak masuk akal kita.

2/ Berusaha untuk selalu ikhlas dalam setiap amal perbuatan,

3/ Selalu muhasabah (intropeksi diri) dan mencari kekurangan yang ada pada dirinya.

4/ Menjauhi sifat sombong, takabbur, riya’ dan sum’ah.

5/ Selalu merasa takut terhadap amal perbuatannya apakah diterima oleh Allah atau ditolaknya.

6/ Selalu mengingat nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepadanya selama hidup ini.

7/ Selalu meminta hidayat dari Allah subhanahu wa ta’ala dalam setiap gerak-geriknya.

8/ Selalu merenungi arti dan makna serta rahasia dibalik Asmaul Husna (Nama-nama Allah yang indah)

9/ Selalu mencari ilmu yang bermanfaat, yaitu semua ilmu yang bisa menambah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala .

10/ Selalu mengingat kematian, adzab kubur, hari kebangkitan, syurga dan neraka.

11/ Selalu bersimpuh dihadapan Allah untuk berdo’a dan memohon pertolongan dari-Nya

Pelajaran Kelima :

Adapun khusu’ dalam sholat, pembahasannya sangat luas sekali, di bawah akan disebutkan beberapa kuncinya saja, diantaranya adalah :

1/ Mengetahui pentingnya sholat dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya.

2/ Mempersiapkan diri sebelum sholat, dengan mensucikan diri dari hadast dan najis serta memakai pakaian yang pantas.

3/ Selalu memperhatikan adab- adab sholat secara lahir, seperti tuma’ninah dalam setiap gerakan sholat.

4/ Melakukan sholat dengan ikhlas dan hanya mengharap ridha Allah saja.

5/Menjauhi segala sesuatu yang akan mengganggu konsentrasi sholat.

6/Mengetahui dan merenungi bacaan-bacaanyang terdapat di dalam sholat.

Pelajaran Keenam :

Tanda-tanda khusu’ yang terdapat dalam diri seseorang adalah sebagai berikut :

1/ Cinta terhadap sholat dan hatinya selalu tertambat padanya.

2/ Segera mengerjakan sholat jika sudah datang waktunya, dan terasa sangat ringan di dalam mengerjakannya.

3/ Selalu menghadirkan hatinya ketika membaca Al Qur’an, berdzikir, dan berdo’a.

4/ Selalu bersyukur terhadap nkmat-nikmat yang diberikan Allah kepadanya, walaupun terlihat dimata manusia nikmat itu hanya sedikit. Dan dalam satu waktu dia sangat berhati-hati ketika mendapatkan nikmat, karena khawatir kalau hal itu hanya ujian dari Allah, akibat dosa-dosanya .

5/ Selalu bersabar ketika mendapatkan musibah dan menyerahkan segala urusan kepada Allah swt saja.

6/Selalu merenungi fenomena yang terjadi disekitarnya, seperti pergantian malam dan siang, keajaiban makhluq-makhluq Allah baik yang ada di darat, di lautan,maupun yang berada di angkasa. Begitu juga dia selalu merenungi kehancuran bangsa-bangsa terdahulu maupun yang sekarang akibat bermaksiat kepada Allah swt.

7/ Jika disebut nama Allah subhanahu wa ta’ala, maka tergetar hatinya dan sering menangis karena takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala.


[1] Fahru Rozi, Mafatihil Ghoib : Juz II, hlm : 77

[2] Al Qurtubi, al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an, Juz I, hlm : 253

[3] Ibnu Qayyim, Ar Ruh, hlm : 520.

Oleh: Dr. Zain An Najah. LC
http://ahmadzain.com

(muslimahzone.com)

Ciri Wanita Shalihah Ahli Surga

Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :

1. Bertakwa.

2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.

4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.

5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.

6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.

7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.

8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.

9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.

10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.

11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.

12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).

13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.

14. Berbakti kepada kedua orang tua.

15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.

Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423.

Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Allah Ta’ala berfirman :

“ … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.”
(QS. An Nisa’ : 13)

Wallahu A’lam Bis Shawab.

http://www.facebook.com/MediaIslamOnline

Cerita Persahabatan Sarat Makna

Mengikat Persahabatan Penuh Makna, Ada Cerita di Balik Gua

Rasulullah pernah bersabda, “Khiyaarukum fil jahiliyah, khiyaarukum fil Islam… Sebaik-baik kamu di masa jahiliyah adalah sebaik-baik kamu di masa Islam.”

Berbicara persahabatan, mengingatkanku pada sejarah gemilang di masa lalu.. persahabatan yang kokoh nan terukir indah dalam catatan tinta emas peradaban di awal munculnya Islam… friendship penuh kisah teladan dari generasi terdahulu, generasi Rasulullah saw dan para sahabat.

Ya.. Para sahabat.. mereka adalah figur-figur menarik yang penuh warna. Menggambarkan sosok mereka sebagai manusia biasa, namun ada kemuliaan yang senantiasa terukir dalam kebiasaannya itu. Karakter di antara mereka sungguh berbeda, namun Islam justru membingkainya menjadi kemuliaan karakter yang menyejarah.

Berkesan dan dan membuat setiap yang memandang mereka harus berdecak kagum lagi terpesona..

Abu Bakar Ash Shidiq. Benar, membenarkan, dan dibenarkan. Mengapa? Karena teguh untuk yakin pada apa yang berasal dari sisi Allah dan RasulNya. Maka keyakinan itu menjadi sesuatu yang sangat besar, “Andaikan iman seluruh manusia ditimbang pada suatu dancing dan iman Abu Bakar pada dancing yang lain, niscaya iman Abu Bakar lebih berat.” Subhanallah.. Tidakkah kita iri pada keshalehannya??

Rasulullah saw bersabda: Tidaklah aku mengajak seseorang masuk Islam kecuali ia akan berwajah pucat mendengarnya, merasa ragu-ragu, dan berpikir panjang, kecuali Abu Bakar. Ia tidak menunda-nunda masuk Islam ketika aku menceritakan Islam kepadanya, dan juga tidak merasa ragu-ragu.

Pada Abu Bakar kita berkaca makna persahabatn yang sebenarnya, Makna sebuah pengorbanan , bukti kecintaan, kesetiaan yang tunduk pada pemikiran, hanya mendaulatkan aturan tertinggi pada Islam. Umar Al-Faruq. Ia, sosok yang tak pernah menyembunyikan perasaannya. Jujur pada dirinya, jujur pada Allah, jujur pada manusia. Blak-blakkan, keras, tak kenal takut. “Bukankah kita berada diatas kebenaran? Bukankah mereka beradar diatas kebathilan? Bukankah kalau kita mati, kita masuk surga sedang mereka masuk neraka?”

Ustman Dzun Nurain, si pemalu berakhlak mulia. Ali yang ceria. Ceria mengajarinya keberanian untuk tidur menggantikan Rasulullah di saat teror pembunuhan mengepung kediaman beliau yang kecil. Ceria mengajarinya berlari-lari menyusur padang pasir sejauh 400 km untuk hijrah seorang diri dalam kejaran musuh.

Ada orang-orang besar dengan gelar besar. Ada Khalid, pedang Allah yang senantiasa terhunus. Maka sering, dengan kudanya ia membelah barisan musuh sendiri. Ia pedang Allah, mak tiga belas pedang patah di tangannya pada perang Mu’tah. Ia pedang Allah, yang memang hanya hafal sedikit ayat. Tetapi seluruh bagian tubuhnya yang penuh luka akan menjadi saksi dihadapan Allah, meski ia mati di ranjang. Ada Hudzaifah, pemegang rahasia-rahasia Rasulullah. Maka ialah intelejen paling gemilang dalam sejarah, yang duduk di hadapan Abu Sofyan, pemimpin musuh. Maka ketika pada Rasulullah manusia bertanya tentang amal-amal yang harus dilakukan, ia bertanya tentang laku-laku yang harus dijauhi. Ia, manusia yang lisannya tak bisa dipaksa berbicara, meski oleh Umar sahabatnya. Ia, pemegang rahasia-rahasia.

Ada lagi yang agung dalam gelar kematiannya. Hamzah penghulu syuhada, Ja’far pemilik dua sayap yang terbang kian kemari di surga, Abdullah bin Rawahah yang ranjangnya terbang menghadap Rabbnya. Sa’ad bin Mu’adz yang kenaikan ruhnya membuat ‘Arsyi Allah berguncang, dan Hanzhalah yang dimandikan malaikat.

Ada yang mulia dengan perbuatannya. Usaid bin Hudhair yang tilawahnya didengarkan malaikat, Ibnu Mas’ud yang qiraatnya seperti saat Al-Qur’an diturunkan, Abdurahman bin Auf yang diberkahi dalam shadaqah dan simpanannya, keluarga Abu Thalhah yang membuat Allah takjub, dan Ukasyah yang ingin bersentuh kulit dunia akhirat dengan Rasulullah.

Mereka, manusia-manusia biasa yang istiqamah dengan potensi kebaikan yang dimilikinya. Kecenderungan-kecenderungan memang berbeda. Dan jadilah itu warna-warna. Ada canda yang mereka lakukan, sampai saling lempar semangka suatu ketika. Tapi periwayat hadits ini berkomentar, “Mereka adalah laki-laki dalam urusan-urusannya!” Ya, mereka tahu kapan saatnya lempar semangka, dan kapan saatnya lempar lembing untuk menegakkan agama Allah.

Alangkah indah hari-hari mereka. ..

Ada sekelumit kisah tentang pengorbanan dari satu sosok teladan Abu Quhafah yang ingin kubagikan pada kalian.. Semoga ada hikmah yang bisa dipetik.. Semoga ada serpihan ilmu yang bisa diraih dan semoga ada azzam yang menjulang tinggi, kutakboleh kalah dengan persahabatan dan pengorbanan para manusia-manusia malaikat ini..

Selamat menyimak, kawan..

****************

“Ada apa, wahai Abu Quhafah?” tanya Rasulullah heran. “Aku tidak mengerti akan perbuatanmu ini!” Lepas dari Makkah, kedua lelaki itu segera menyusur jalan menuju Yatsrib di Utara. Menuju tanah yang ditunjukkan Tuhan seperti Musa membelah Laut Merah menuju tanah yang dijanjikan di seberang lautan yang terbelah. Sesekali Abu Bakar berjalan di depan lelaki yang dicintainya itu. Sebentar kemudian putra Abu Quhafah itu pindah di belakangnya. Sebentar kemudian, ia pindah di kanannya. Sebentar kemudian pindah pula di sisi kirinya. Demikian itu dilakukannya berulang-ulang.

“Ya, Rasulullah!” jawab Abu Bakar. “Saya teringat akan pengintai, maka saya ada di depan engkau. Saya teringat akan para pencari, maka saya ada di belakang engkau. Sesekali saya di kanan engkau. Sesekali saya di kiri engkau.”

Sampailah mereka pada malam yang larut. Gelap pekat membungkus bumi. Tak ada seberkas sinar pun di sekeliling mereka kecuali kerlip bintang di langit sahara bulan Shafar. Gunung Tsur yang kini menjulang di hadapan keduanya serupa raksasa hitam yang berdiri kokoh dan angkuh, siap menerkam bulat-bulat. Senyap menyergap. Sunyi. Tak ada suara yang tertangkap telinga kecuali derap langkah kaki telanjang mereka pada kerontang tanah padang pasir sepanjang jalan.

Kedua orang itu lantas mendaki raksasa hitam di hadapan mereka dan menemukan sebuah lubang besar di perutnya. Orang-orang menyebutnya Gua Tsur. Sebuah gua yang terkenal berbahaya karena di dalamnya berisikan binatang liar dan buas, terutama ular-ular berbisa. Tak seorang pun mau memasuki lubang itu, menyerahkan tubuhnya tercabik dan nyawanya hilang percuma pada sekelompok ular kelaparan.

Abu Bakar lantas meminta izin kepada Rasulullah Saw. untuk memeriksa bagian dalam gua itu. Lelaki kinasih itu pun mengiyakan. Masih membekas dalam ingatannya, bagaimana teman seperjalanannya itu menjaga dirinya ketika keluar dari Makkah beberapa saat yang lalu. Ia kini memasang badan memasuki sebuah gua yang mungkin tak seorang pun pernah merambahnya. Segala sesuatu bisa terjadi pada laki-laki itu. Tapi bagaimanapun mereka perlu tempat berteduh, bermalam, sekaligus bersembunyi. Orang-orang Quraisy Makkah pasti sedang disebar ke segenap penjuru untuk mencari jejak-jejak kaki mereka, memburu, dan menangkap mereka hidup atau mati.

Abu Bakar lalu membersihkan bagian dalam gua itu dari semak-perdu dan kotoran. Ia mengoyak kain bajunya untuk alas mengambil dan memindah batu demi batu yang teronggok di sana. Sesobek demi sesobek. Secarik demi secarik. Bagaimanapun, di dalam ruang yang gelap seperti itu siapa yang bisa membedakan antara sebongkah batu dengan ular yang sedang bertapa?

Kini seluruh bagian bajunya sudah terkoyak habis. Namun masih ada seonggok batu yang belum terpindahkan. Ia sepakkan kakinya untuk memindah batu itu. Namun tiba-tiba … crep! Seekor ular menyarangkan mulut bertaringnya dan mematuk kaki laki-laki itu. Luka pun menganga. Bekas gigitan tercipta dengan luka menetes darah. Bisa pun bertukar tempat dan kini bersemayam dalam aliran darah laki-laki itu.

Tanpa mengindahkan keadaannya, Abu Bakar mempersilakan lelaki kinasihnya itu masuk ke dalam gua. Rasulullah pun segera tertidur di pangkuan laki-laki itu karena saking payahnya.

Detik demi detik berlalu. Waktu seperti beringsut sedemikian pelahan. Bisa mematikan itu pun mengalir memasuki setiap lekuk tubuhnya yang bisa dijangkau. Sakit menggigit. Perih merambat hingga ke ulu hati. Kakinya pun kebas dan ngilu seperti kehabisan darah. Namun, lelaki itu tak bergerak sedikitpun demi melihat Rasulullah tidur dengan nyenyak di pangkuannya. Tiba-tiba tanpa terasa air matanya mengembang karena tak kuat menahan sakit, luruh satu demi satu melewati pipinya, lalu menetes dan memercik pada raut muka Baginda Nabi di pangkuannya.

Terkejut lelaki kinasih itu. Ia pun terbangun. Rintih lembut dan isak tertahan itu kini terdengar di telinganya. “Mengapa engkau menangis, wahai Abu Bakar?” tanyanya penuh keheranan. Abu Bakar menjawab dengan suara tertahan, “Aku… aku digigit ular, ya Rasulullah!” “Oh, mengapa engkau tidak mengatakannya padaku?” tanya Rasulullah sungguh. Lelaki itu sejenak terdiam. Ia lantas menjawab, “Aku takut membangunkan engkau.”

***

True love doesn’t need words, true love can speak for itself. Cinta sejati tak perlu ‘dikatakan’, karena cinta yang sebenar-benar cinta bisa berbicara tentang dirinya sendiri.

Sahabat, semoga dan semoga akan lahir generasi-generasi  unggulan Islam seperti mereka.. dan semoga sebagai orang-orang yang datang sesudah mereka itu adalah kita semua..

Uhibbuki fillah, ukhty wa akhifillah

Keep istiqamah di jalan dakwah..

‘Ana uhibbukum fillah..
aku mencintai kalian semua karena agama Allah,
jika agama itu hilang, maka hilang pula rasa cintaku”
..

“ Ya Allah ya Rabbi, jadikanlah Kami Hamba Yang Bisa Menjadi Pelopor Kebaikan Seperti Para Sahabat Rosulullah SAW”Aamiin..

Peran Muslimah Membangun Masyarakat

Allah menciptakan wanita dengan kodrat kewanitaannya. Ia diberikan karunia sifat dan kasih sayang agar bisa melaksanakan tugas utamanya. Karena itulah, Islam mengatur peri kehidupan wanita dengan aturan yang begitu rapi agar pelaksanaannya menjamin keberlangsungan masyarakat secara baik.

Islam telah memuliakan wanita dengan tugas sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Peran tersebut tentu tidak bisa dikatakan remeh. Betapa strategisnya wanita bila ia bertanggung jawab atas keberlangsungan generasi suatu bangsa. Hal ini sangat mudah dipahami karena wanita (Ibu)adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, sosok yang sangat dekat dengan anak, yang pertama kali berinteraksi dengan anak bahkan mungkin paling sering berinteraksi dengan anak buahnya.

Allah SWT tidak memberikan peran strategisnya tersebut kepada laki-laki. Karenanya, secara penciptaan pun laki-laki tidak di beri karunia untuk melahirkan, menyusui, dan sifat kelemah lembutan. Allah menempatkan laki-laki pada posisi yang membutuhkan tenaga lebih kuat. Oleh karena itulah, laki-laki dibebankan tanggungjawab mencari nafkah bagi keluarganya. Inilah konsep umum pembagian tugas antara laki-laki dan wanita dalam islam.

Keadaan yang begitu indah tertata antara laki-laki dan wanita dalam Islam kini tengah dirusak oleh idiologi kapitalisme. Posisi wanita bergeser.

Sungguh menjadi ibu bukanlah sebuah pilihan. Menjadi ibu adalah hal yang wajib diterima keberadaannya sebagai makhluk Allah SWT yang berjenis kelamin perempuan. Tentu, ini adalah sebuah kemuliaan bagi kaum wanita, bukan kehinaan seperti yang dituduhkan kaum Barat sekuler. Barat memang telah mengesankan perempuan yang hanya bisa memposisikan dirinya sebagai ibu rumah tangga saja (berperan disektor domestik) sebagai perempuan yang tidak berdaya atau tidak berkualitas bahkan tidak punya prestasi.

Pandangan sekuler tersebut tentu sangat jauh dari kebenaran , bahkan bertentangan dengan fakta dan pengalaman kehidupan manusia. Bahwa peradaban yang maju tidak dapat ditentukan oleh besarnya peran perempuan disektor public. Bahkan penelaahan yang lebih mendalam menunjukkan bahwa optimalisasi peran perempuan disektor domestic merupakan investasi masa depan yang sangat berharga, khususnya dalam penbgelolaan rumah tangga dan dalam mewujudkan generasi yang bermutu.

Sungguh ironi, jika muslimah di negeri ini tega meninggalkan amanah Sang Pencipta tersebut, hanya karena silau dengan kemewahan semu yang dipropagandakan Negara-negara Barat. Tak selayaknya para wanihta berbondong-bondong terjun aktif di sektor public, sedangkan tugas utama disektor domestic terbengkalai. Jika mereka pergi, adakah yang lebih baik dari wanita (sang ibu) untuk menggantikan posisinya.

Tiang Negara, Pencetak Generasi

Wanita yang sukses mengelola tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga hakikatnya telah menciptakan sebuah pondasi bagi bangunan masyarakat. Keluarga yang harmonis dan kokoh serta lahirnya generasi yang bermutu adalah syarat utama kekokohan bangunan sebuah bangsa. Dan semua itu terwujud melalui peran yang dilakukan secara mumpuni oleh wanita.

Di belakang seorang pemimpin handal pastilah berdiri seorang wanita yang telah menemaninya sejak dari dalam kandungan hingga memimpin urusan masyarakat. Wanita itu tentu telah memberikan corak kepada sang pemimpin sehingga kertas putih yang tadinya bersih kini penuh dengan coretan indah penuh makna dan hikmah atas bimbingan ibu.

Sebuah kisah teladan pernah terukir di masa kejayaan Islam dulu. Lahirnya seorang khalifah jyang mulia , umar bin Abdul Aziz yang berjuluk Khalifah Kelima adalah pemimpin yang bersahaja. Tingkat keimanannya tidak perlu diragukan lagi. Beliau hafal al-Qur’an sejak kecil. Matanya selalu banjir air mata karena rasa takutnya kepada Allah Swt. Ummu Ashim (Laila) sendiri adalah wanita mulia yang dilahirkan oleh ibu mulia – Ummu Ammarah binti Sufyan bin Abdullah bin Rabi’ah Ats-Tsaqafi, gadis yang dulu pernah dipergoki Umar bin Khattab tengah menasehati ibunya yang mau mencampurkan susu dengan air di tengah malam sunyi.

Betapa seorang wanita memiliki nilai strategis dalam melahirkan pemimpin dan generasi masa depan yang menentukan maju dan mundurnya sebuah bangsa. Maka layaklah muncul ungkapan masyhur bahwa wanita adalah tiang Negara. Wanita menentukan maju mundurnya sebuah bangsa. Inilah makna tiang Negara.

Harus dipahami bahwa ungkapan tiang Negara tidak bisa dimaknai sebagai bentuk tuntutan agar wanita berkiprah dalam urusan politik praktis (misalnya menjadi penguasa). Peran strategis wanita juga tidak diukur dari seberapa besar kontribusinya secara ekonomi bagai bangsa. Sungguh peran-peran tersebut bisa dan telah dilakukan oleh kaum laki-laki.

Adapun perkara melahirkan generasi dan mengkokohkan bangunan keluarga, perannya lebih spesifik dibanding wanita. Oleh karena itu, wanita menempati posisi sebagai penentu lahirnya generasi berkualitas. Hal ini didukung pula oleh fakta bahwa ibu adalah orang paling dekat dengan anak-anak. Sejak awal kehadirannya (dalam rahim ibu hingga besar), ibulah yang paling memahami kondisi anak. Ibu pun memiliki ikatan batin yang kuat terhadap anak. Melihat hubungan tersebut, maka fungsi ibu sangat sulit digantikan pihak lain.

Sedemikian eratnya hubungan ibu dengan anak, maka apabila ibu mampu mendidiknya dengan benar, maka ibu telah mengantarkan menuju terwujudnya generasi dan pemimpin berkualitas.

Pendidikan yang dilakukan ibu akan membentuk pola pikir dan pola sikap yang dituntunkan syariat. Dengan interaksi yang dialami anatara ibu dan anak, pendidikan di rumah oleh ibu cukup berperan menorehkan sikap-sikap dan karakter kepemimpinan yang tidak bisa dilakukan oleh lembaga pendidikan dan lingkungannya.

Suksesnya sang anak pun sering tak lepas dari dorongan dan doa yang dipanjatkan sang ibu. Sungguh, Allah Swt mendengar doa ibu yang dipanjatkan untuk putra-putrinya. Semua ini menunjukkan bahwa wanita memiliki peran yang sangat strategis mencetak calon pemimpin masa depan.

Itulah bentuk amal sholeh yang dikehendaki Allah Swt bagi wanita sebagaimana Allah pun telah menetapkan jenis amal sholih bagi laki-laki. Keduanya akan mendapat balasan kebaikan dari Allah Swt.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS. An-Nahl [16] : 97)

Pernah Maju

Tak ada salahnya kita memperhatikan bagaimana Islam telah mengagungkan beberapa muslimah membangun peradaban yang namanya senantiasa abadi sepanjang zaman. Keberadaan mereka telah ada sejak zaman dahulu, jauh sebelum hiruk pikuk kemodernan mengancam umat manusia.

Suatu ketika Rasulullah SAW membuat emapt garis seraya berkata : “Tahukah kalian apakah ini?” Para sahabat berkata : “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi SAW lalu bersabda : “Sesungguhnya wanita ahli surge yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad SAW, Maryam binti Imron, dan Asiyah binti Mazahi.” (Mustadrak Ash Shahihain 2 : 497).

Keempat wanita agung itu, bukanlah mereka yang larut dalam kemodernan zaman. Mereka adalah ibu atau istri tulen. Namun, ketegaran menetapi profesi mulia yang diberikan Allah SWT itu telah membuat mereka tercatat sebagai wanita-wanita pembangun masyarakat. dari merekalah cahaya Allah SWT semakin meluas merasuk ke seluruh pelosok negeri.

Kiprah wanita-wanita mulia ini pun bahkan menjadi inspirasi Muslimah pembangun masyarakat di era sesudahnya. Lahirnya mujahid, panglima Islam hingga mujtahid dan ulama penyebar dakwah Islamtentu tak lepas dari ketelatenan para ibu mulia yang tak semua tercatat dalam sejarah.

Satu hal yang sangat mempengaruhi kesuksesan para wanita mulia ini dalam mengemban amanah membangun masyarakat, yaitu adanya sistem kehidupan Islam (Daulah Khilafah Islamiyyah). Sistem kehidupan Islam memang terbukti memudahkan pelaksanaan tugas wanita. Tak hanya itu, tantangan yang dihadapi wanita pun sangat minimal. Sehingga hasilnya bisa dirasakan hingga kini.

Kini, sudah saatnya kaum Muslimah menyadari untuk tidak terjebak pada arus liberal yang diciptakan musuh-musuh Islam dibalik baju kemodernan. Harga diri sebagai Muslimah terlalu tinggi jika digadaikan dengan dunia dan seisinya karena wanita memiliki nilai strategis untuk membangun masyarakat. Dan, di tengah kesulitan yang dihadapi masyarakat modern saat ini, maka kembalinya wanita kepada tugas pokoknya tentu menjadi perkara yang sangat urgen. Semoga kita semakin sadar, hanya dengan kembali kepada syariat Islam, kemuliaan wanita diraih, keberkahan bagi masyarakat akan terwujud. Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

http://www.facebook.com/pages/Komunitas-Muslimah-Rindu-Syariah-Khilafah/304591352923315