Catatan seorang ibu, isteri, dan pengemban mabda-Nya

Archive for Juni, 2012

Karakter Pengemban Dakwah

Bismillah…

Karakter pengemban dakwah:

1.Mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lain
2.Memiliki himmah [semangat/motivasi yang tinggi]
3.Taat kepada pemimpin/amir
4.Rela mengorbankan apapun untuk Islam dan kaum muslimin
5.Amanah
6.Berani menyampaikan al-haq dan tidak takut celaan orang yang suka mencela
7.Bersungguh-sungguh dalam dakwah
8.Senatiasa bertaqarrub kepada Allah kapan dan dimana saja.

Allah SWT berfirman “Kuntum khaira ummah…”[Kalian adalah UMAT TERBAIK…]

Umat terbaik yang tidak akan berdiam diri melihat hukum Allah SWT diterlantarkan dan kaum muslimin dihinakan, tapi umat yang terbaik adalah menjadikan hidup matinya hanya untuk Allah. Semoga kita bisa Istiqomah di dalam perjalanan dakwah melanjutkan kembali kehidupan Islam. Aamiin

=Komunitas Muslimah Rindu Syariah & Khilafah=

Tidakkah Kita Bersyukur ?

Tidakkah kita bersyukur?

Mengapa selalu beralasan untuk tidak taat pada perintah Allah ?

Tangan ada,
Kaki ada,
Kesehatan ada,
Kelapangan ada,
Akal ada,
Ilmu ada,

tetapi masih selalu menunda untuk menjadi ISLAM SEPENUHNYA ?

meninggalkan sholat,
enggan menutup aurat,
berpakaian ketat,
buat maksiat,
mengumpat,

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?”
(Surah Ar-Rahman : Ayat 13)

=Syahidah=

Remaja Islam, Bangkit & Bergeraklah !

Remaja Islam, Bangkit & Bergeraklah!

Melihat fenomena yang ada dikalangan kita sekarang ini, pantas nggak sih menurut kita, kalau ada yang mengajukan pertanyaan “Masihkan ada harapan untuk kejayaan islam, sedangkan realitas sebagian generasi muda sekarang ini udah terjangkiti virus modernitas, dan kebebasan yang tiada batas, yang justru di usung oleh para musuh- musuh islam?”

Memang kita tidak boleh berputus asa, harapan itu pastilah akan selalu ada. Maka dari itu, jangan menunda- nunda harapan tersebut untuk terlalu lama terjadi. Kita para generasi muda harus mengadakan perbaikan itu secepatnya, karena kita nggak boleh menutup mata, kalau generasi kita sebenarnya sudah sangat terjajah dan ketinggalan jauh hari ini. Kehidupan sekularisme yang di tawarkan dunia barat disadari atau tidak telah membawa kita pada kenyataan yang menyedihkan. Kerusakan moral, pergaulan bebas, narkoba, tawuran, sungguh-sungguh sangat menyedihkan melihatnya.

Modernitas yang mereka tawarkan kebanyakan nggak lain adalah untuk membutakan kita dari konsep kemuliaan islam. Hitung saja sendiri, betapa sangat minim anak-anak muda seumuran kita yang paham atau mau memahami tentang islam dengan sebenar- benarnya. “Drugs” yang mereka tawarkan ternyata nggak cuma memmbuat kita teler di badan, tapi bahkan telah berhasil membuat kita sendiri membenci islam.

May be, itu cara termudah bagi mereka buat cuci tangan, secara nggak penting juga gontok- gontokan, cukup dengan suguhan kesenangan duniawi ala mereka, banyak dari kita yang berbondong- bondong masuk didalamnya, dan selanjutnya akan jadi prajurit mereka yang paling patuh. Hasilnya, brain wash itu berhasil membuat kita berbalik arah, nggak cuman merasa asing tapi malah memusuhi islam, kita lupa tentang tujuan kita hidup, dan bahkan kita lupa siapa tuhan kita.

Lihat saja fakta di lapangan, Berdasarkan hasil Survei Komnas Perlindungan Anak di 33 provinsi, remaja SMP yang nggak lagi perawan prosentasenya sebesar 62,7 persen dan remaja yang pernah aborsi mencapai 21,2 persen.Dan tentang Narkoba, survei yang dilakukan Badan Narkoba Nasional (BNN) hasilnya menyedihkan banget, ternyata 97% pemakai narkoba yang ada selama tahun 2005, 28% pelakunya adalah remaja usia 17-24 tahun.

Sob, itu baru dua kasus, tentang free seks dan drugs, dan belum termasuk yang lain- lainnya. So, sudah saatnya kini kita bangkit dan bangun dari “mimpi-mimpi” semu yang musuh- musuh islam itu bangun.Sudah saatnya kita sadar bahwa yang mereka bangun dalam pemikiran, idealisme, serta gaya hidup kita, nggak lain adalah cara mereka menggerogoti kebahagiaan kita sendiri. Itulah mengapa tak heran kalau akhirnya mereka sendiri terlihat lebih maju dari kita. mereka memberikan ” obat tidur” yang membuat kita terlelap, sedangkan mereka sendiri menggiatkan diri untuk maju. Sedangkan kita, baru pada titik yang sama, dan belum beranjak, karena terlalu lama terlena. dan masalahnya, dengan semua masalah itu, ternyata bukannya kita bergegas, malah kita menikmatinya tiada henti, sampai waktu muda kita habis, dan hasilnya hanya penyesalan saja yang kita dapat. Ketika hati sudah mau bergerak maju, tapi semuanya sudah terlanjur terlambat. Maka masihkah kita harus menunda semua ini sampai besok atau lusa? Wahai Remaja Islam, bangkit & bergeraknya menuju kemuliaan Islam!! Takbirrr…Allahu akbar 😀

–Salsa–

(https://www.facebook.com/pages/Komunitas-Muslimah-Rindu-Syariah-Khilafah/304591352923315)

Omong Doang, Benarkah ?

Bismillaah…

Ketika suatu seruan disahut dengan kata “HALAH OMDO Doank!”
Ketika ajakan disanggah “Yang REALISTIS donk”
Ketika sebuah janji disangka “KHAYALAN, UTOPIS, & GILA”

Saya mengerti karena sistem demokrasi-sekuler saat ini mengkondisikan kondisi sikap pragmatis bagi penduduknya. Selain itu ia juga menyokong kuat pengarusan sekulerisasi.

Ketidakpahaman umat akan penerapan Islam secara kaffah sesuai metode dakwah Rasulullah SAW memang menjadi hal yang banyak diherankan. Seolah menjadi suatu hal yang “baru”, hal yang asing, hal yang dikira anti realitas, kaku, kolot, dan lain-lainnya.

Fase dakwah Rasulullah SAW dalam mewujudkan Negara Islam [Khilafah], cukup sekali lagi “CUKUP” melalui tiga fase tahapan dakwah saja, yakni:

Tahap 1
Dengan pembinaan intensif, mengkaji tsaqofah Islam secara Kaffah

Tahap 2
Dengan berinteraksi ditengah-tengah masyarakat, menyeru untuk menjadikan Islam sebagai kepemimpinan dalam berfikirnya, dakwah ini adalah dengan mengubah pola pemikirannya bukan dengan cara kekerasan fisik/anarkis

Tahap 3
Penyerahan kekuasaan secara suka rela karena kesadaran umat akan konsekuensi keimanan ISLAM untuk diterapkannya aturan Islam secara Kaffah.

Ketiga tahapan tersebut, ia berjalan secara alamiahnya, berjalan bukan karena dipaksaan/kudeta/anarkis. Sealamiah kita melihat matahari di pagi hari dan terbenam di sore hari. Matahari berjalan karena pengaturan Allah, begitu juga dengan Janji Allah sudah Allah aturkan melalui bisyarah (kabar gembira) Rasulullah SAW.

Saya hanya menyampaikan apa yang saya pahami, mau diambil “Alhamdulillah itu kebaikan untuk anda dengan meluruskan niat semata-mata untuk mengharap keridhoan Allah”, namun jika tidak mengambil pun tidak ada paksaan untuk melakukannya. Semoga Allah tetap meneguhkan kemuliaan Islam bagi umatnya yang mau memuliakan serta memperjuangkan Islam. Keep Struggle for Khilafah!

(https://www.facebook.com/pages/Komunitas-Muslimah-Rindu-Syariah-Khilafah/304591352923315)

Mengenal Sang Peruntuh Khilafah

Mengenal Sang Peruntuh Khilafah

Mustafa Kemal Attaturk

Dalam sejarah dunia dia dianggap sebagai bapak pembaharu Turki modern yang namanya begitu harum sebagai peletak tonggak sekulerisme Turki. Namun bila kita jeli melihat sejarah dalam sudut pandang yang lain, Attaturk adalah orang Yahudi yang menyamar jadi muslim untuk menghancurkan Islam dari dalam. Dialah orang yang mengabolisi Khilafah Islam dibubarkan pada 3 Maret 1924. Dia adalah pengkhianat sekaligus pecundang.

Terjagalnya Khilafah tanpa daya pada bulan 28 Rajab 1342 H bertepatan dengan 3 Maret 1924 M bukanlah terjadi dengan sekejap mata. Sebagaimana kebaikan yang perlu proses untuk terjadinya, keburukan pun demikian, membutuhkan proses. Mustafa Kemal Ataturk menjagal Khilafah juga bukan proses sekejap, perlu proses yang panjang. Proses itu dimulai ketika pada awal abad ke-19 M kaum muslimin mulai meninggalkan al-Qur`an dan as-Sunnah untuk memecahkan masalah-masalah mereka, dan tertarik dengan ideologi Liberal yang menggiurkan nafsu manusia.

>>Liberalisasi di Eropa Barat

Setelah mengalami Renaisance abad ke-15 M, masyarakat Eropa Barat bersepakat untuk memisahkan agama dari kehidupan alias menganut faham sekulerisme. Sekulerisme ini dikristalkan oleh John Locke filosof Inggris menjadi ideologi Liberal, sebuah ideologi yang menempatkan manusia bebas dari ikatan apa pun, baik ikatan agama ataupun selain agama. Liberal dalam beragama, berekonomi, liberal berpolitik, seksualitas, liberal dalam segala hal. Ideologi inilah yang akan menghantarkan Barat kepada kebangkitannya, walau kebangkitan yang semu.

Semangat Liberalisme ini mendorong pecahnya Revolusi Perancis tahun 1789 yang mengusung jargon ”Liberte, Egalite, dan Fraternite”. Revolusi Perancis berhasil menjauhkan agama dalam hal ini gereja dari masyarakat, negara maupun politik. Di awal abad ke-19 M, Perancis muncul menjadi paling kuat dan maju, menjadi negara nomor satu di dunia di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.

>>Khilafah Turki Utsmani Melirik Liberalisme

Sementara itu, Khilafah Turki Utsmani masih mengalami kemandegan berpikir akibat terhentinya ijtihad dan mulai melirik ideologi Liberal yang sedang berkembang pesat di Eropa Barat. Kemajuan teknologi akibat revolusi Industri telah menyilaukan mata, sehingga tidak bisa membedakan mana teknologi yang bisa diambil dari bangsa manapun, dan mana peradaban yang harus disaring.

Tahun 1828 di masa Sultan Mahmud II, pemikiran dan sistem sekuler mulai merasuk ke tubuh khilafah. Tahun 1876 M Gerakan Turki Muda yang tergila-gila dengan ideologi liberal berhasil memaksa Sultan Abdul Hamid II menerima Konstitusi 1876, sebuah konstitusi sekuler. Sejak itu, tanda-tanda keruntuhan Khilafah mulai di depan mata. Sekeliling khalifah sudah dipadati dengan orang-orang yang berideologi sekuler liberal, yang dipimpin oleh Perdana Mentrinya sendiri, Midhat Pasya si pemabok.

>>Mustafa Lahir

Pada kondisi Khilafah sedang sakit ideologi inilah Mustafa Kemal Atatürk yang akan menjadi penjagal Khilafah dilahirkan. Tepatnya tanggal 12 Maret 1881. Nama aslinya Mustafa. Ia dilahirkan di Salonika (sekarang di Yunani). Saat itu Yunani berada di dalam wilayah Khilafah Turki Utsmani. Ayah Mustafa bernama Ali Riza yang meninggal saat putranya berumur 7 tahun. Ibu Mustafa bernama Zubeyde Hanim, seorang muslimah taat yang berharap Mustafa menjadi ulama yang faqih.

Namun Mustafa berbeda pendirian. Ia menjadi remaja pemberontak melawan segala bentuk peraturan. Ia kasar, dan kurang ajar pada gurunya. Di depan kawannya, ia sangat arogan dan penyendiri.

Akhirnya pada usia dua belas tahun Mustafa dimasukkan ke akademi militer di Salonika. Ia ikut seleksi dan lulus jadi kadet.

Di militer, nampaknya Mustafa menemukan dunianya. Ia mampu menunjukkan prestasi akademik yang bagus, sehingga salah satu pelajar menjulukinya “Kemal” yang berarti kesempurnaan. Sejak itu ia panggil Mustafa Kemal.

>>Mustafa Dicekoki Ideologi Liberal

Pada usia 14 tahun, Mustafa Kemal pindah ke sebuah akademi di Monastir.

Saat-saat liburannya di Salonika, Mustafa Kemal senang berkunjung ke tempat-tempat hiburan Eropa dimana para wanita tidak mengenakan cadar, menyanyi, berdansa, dan duduk di meja bersama laki-laki. Mustafa Kemal senang minum-minuman keras.

Dalam pergaulan, Mustafa Kemal banyak bersandar pada teman-temannya para pendeta Macedonia yang sengaja ”menangkapnya”. Para pendeta Macedonia inilah yang mengajarkan dasar-dasar bahasa Perancis bersama seorang teman Mustafa dari Macedonia yang bernama Fethi. Keduanya diajari buku-buku karya pemikir-pemikir liberal seperti Voltaire, Rousseau, Thomas Hobbes, dan John Stuart Mill, serta buku-buku lainnya. Hingga akhirnya, Mustafa mengarang syair yang mendengung-dengungkan nasionalisme dan berpidato di depan akademi militer. Mustafa berbicara kepada mereka tentang kerusakan sultan sebelum dia berumur 20 tahun.

Mustafa Kemal kemudian ditempatkan di Istambul. Di sana dia menjadi pengunjung rutin rumah Madame Corinne, seorang janda Italia yang hidup di Pera, sebuah distrik kota yang telah mengalami Westernisasi. Ia pun hanyut dalam minum-minuman keras, bermain judi, dan bersenang-senang dengan musik.

Setelah mencapai nilai tertinggi dalam ujian akhir, Mustafa lulus dengan gelar kehormatan pada Januari 1905 sebagai kapten.

>>Mustafa menjadi atase militer di Sofia.

Saat itu, Mustafa Kemal bergabung dengan perkumpulan mahasiswa nasionalis, yang dikenal sebagai Vatan (yang artinya Tanah Air). Para anggotanya menganggap dirinya kelompok revolusioner yang menentang pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, yang memberangus segala pemikiran “liberal” yang merongrong pemerintahan Islam. Kelompok ini selalu menyalahkan Islam yang dianggap membuat Turki terbelakang dan terus-terusan menyebarkan kebencian terhadap syari’at yang dianggap kolot, serta menjadikan ajaran-ajaran sufi sebagai tertawaan. Anggotanya bersumpah melengserkan sultan dan menggantinya dengan sistem pemerintahan Barat dengan konstitusi dan parlemen, menghancurkan otoritas para ulama, menghapus jilbab dan kerudung, serta mendeklarasikan kesetaraan gender. Tak lama bergabung, Mustafa Kemal menjadi pemimpinnya.

Mustafa diundang untuk menghadiri salah satu pertemuan di sebagian rumah-rumah orang Yahudi yang memiliki kewarganegaraan Italia dan organisasi-organisasi Freemasonry Italia. Turki Muda menjadikan perlindungan yang diberikan kepada Yahudi ini sebagai tameng. Mereka mendapat bantuan finansial dalam jumlah yang sangat besar dari berbagai pihak.

Tahun 1908 M Kaum nasionalis sekuler, Turki Muda, melakukan revolusi. Revolusi ini dalam rangka merongrong Sultan Abdul Hamid II yang menentang konstitusi 1876 yang sekuler dan selalu menyerukan kembali ke Syari’at Islam.

>>Pema’zulan Sultan Abdul Hamid II

Akhirnya pada tanggal 26 April 1909 M Turki Muda yang berkomplot dengan Syaikhul Islam, Mohammad Dia’ uddin Afandi, berhasil memberhentikan Sultan Abdul Hamid II, seorang khalifah yang saleh dan lembut. Sejak saat itu Khilafah Utsmaniyah dikuasai kaum nasionalis Turki.

Setelah pemberhentian Sultan Abdul Hamid II banyak orang mulai menulis buku baik berbahasa Inggris, Arab maupun Turki, yang memfitnah dan menyerang Sultan Abdul Hamid II. Mereka memfitnah Sultan Abdul Hamid II sebagai orang yang menjadikan Daulah Utsmani tenggelam semakin dalam dan menampilkan Turki Muda sebagai pahlawan.

Dalam buku-buku sejarah Indonesia yang ditulis oleh kaum sekuler, Gerakan Turki Muda ini disebut-sebut sebagai gerakan untuk mencapai perbaikan nasib menentang Sultan Abdul Hamid II yang mereka sebut sebagai Kaum Kolot. Gerakan Turki Muda ini dianggap sebagai pemicu pergerakan nasionalis sekuler di Indonesia.

Setelah Sultan Abdul Hamid II diberhentikan, tahun 1909 M Sultan Muhammad Risyad menggantikannya sebagai Khalifah Turki Utsmani. Namun pemerintahannya sebenarnya sudah tidak berarti karena dibawah perintah Turki Muda.

Di tubuh Turki Muda sendiri terjadi perpecahan. Mustafa Kemal akhirnya meninggalkan Turki Muda dan kembali menekuni kemiliteran 10 tahun berikutnya seperti sebelumnya. Berkat pribadi keras dan kecerdasannya, ia merengkuh banyak kekuasaan politik. Ia habiskan malam dengan mengadakan rapat rahasia untuk merencanakan makar, yang diharapkan menghasilkan kekuasaan absolut baginya.

>>Khilafah Turki Utsmani Terseret Perang Dunia I

Tahun 1914 Pecah Perang Dunia Pertama. Jerman yang menguasai minyak di Irak dan mengancam sumber minyak Inggris di Iran dan Jazirah Arab, dengan kekuatan besar berambisi menguasai dunia. Inggris, Perancis dan Rusia pun bersekutu mengumumkan perang melawan Jerman. Selain beraliansi dengan Austria, Jerman membujuk Khilafah Turki Utsmani untuk ikut Perang Dunia I melawan Sekutu.

Tahun 1918 Jerman dan Austria- Hungaria dituntut meletakkan senjata. Maka berakhirlah Perang Dunia I. Kemenangan akhirnya ada di pihak Sekutu. Setelah Rusia keluar dari persekutuan dan AS kembali ke politik isolasinya, tinggallah Inggris dan Perancis membagi-bagi wilayah Khilafah Utsmani.

Ketika Inggris menduduki Istambul, ibukota Khilafah Utsmaniyah Mustafa Kemal melarikan diri ke Anatolia, tempat ia memulai perjuangan untuk pembebasan Turki. Kebiasaan berzina diteruskan Kemal pada para wanita pemburu cinta, yang berkeliaran di sekitar garnisun.

>>Mustafa Kemal Menjadi Pahlawan Boneka

Untuk mengakhiri Khilafah Utsmani hingga ke akar-akarnya Barat membuat skenario busuk namun licin. Mereka akan melahirkan seorang pahlawan boneka yang bisa dijadikan partner pasukan sekutu. Pahlawan ini akan menjadi harapan umat Islam yang sedang dilanda keputusasaan. Pilihan mereka jatuh kepada Mustafa Kemal.

Intelijen-intelijen Inggris berhasil menemukan ”impian mereka” yang telah lama didambakan dalam pribadi Mustafa Kemal, seorang yang memiliki watak diktator. Hubungan antara intelijen Inggris dan Kemal dilakukan melalui perantaraan seorang intelijen bernama Amstrong yang memiliki hubungan dekat dengan Kemal.

Skenario ini dilaksanakan. Di akhir Perang Dunia I Mustafa Kemal memimpin pasukan pertahanan Turki melawan Pasukan Sekutu Eropa dan Yunani yang menguasai Izmir. Mustafa Kemal mendengungkan spirit Jihad di Turki, mengangkat al-Qur`an dan membuat orang-orang Inggris menarik diri tanpa terjadi bentrokan senjata apa pun.

Tanpa mengalami banyak kesulitan, Mustafa Kemal berhasil menguasai beberapa tempat strategis. Dunia Islam menyambutnya dengan penuh antusias dan memberinya gelar ”ghazi” (panglima perang yang gagah dan tanpa tanding). Saat Yunani kalah dan Turki menang, rakyat mabuk kemenangan, dan memuja Mustafa Kemal sebagai sang Penyelamat. Ia digelari Pembela Kebenaran. Berbagai pengakuan para diplomat asing makin meneguhkan kedudukannya sebagai pahlawan Turki melawan Barat. Para khatib menyambutnya dengan sangat hangat. Para penyair memujinya. Ahmad Syauqi, misalnya dalam sebuah awal baitnya menyejajarkan Mustafa Kemal dengan Khalid bin Walid si pedang Allah dengan syairnya.

”Allahu Akbar, betapa banyak penaklukan yang demikian mengagumkan wahai Khalid Turki, perbaharuilah kepahlawanan Khalid Arab!”

Ya, sebuah skenario jahat yang luar biasa sukses!

Sekarang Mustafa Kemal menjadi seorang panglima militer yang memiliki kedudukan Banyak wanita yang memujanya dengan mengenakan foto Kemal dalam locket di lehernya. Sebagai pembebas negaranya, Mustafa kemal sudah terbiasa tidur dengan para wanita yang mau dan bernafsu.

Hingga tahun 1919 M Mustafa Kemal masih bersandiwara. Untuk menutupi kebenciannya kepada Islam dan untuk meraih simpati rakyat Khilafah. Ketika dia berhasil menang atas Yunani di Ankara, ia berbicara di hadapan publik, ”Sesungguhnya semua rencana akan diambil tidak dimaksudkan kecuali untuk melindungi kesultanan dan khilafah serta pembebasan sultan dan negeri ini dari perbudakan orang-orang asing.”

>>Mustafa Mulai Membuka Topeng

Bulan April 1920 Mustafa Kemal membentuk dan memimpin Majelis Nasional Agung Turki yang berpusat di Ankara.

Tahun 1922 kaum nasionalis sekuler Turki makin merajela. Sultan Mehmet VI Vahdettin (Wahiduddin) dijatuhkan. Kelompok nasionalis ini membuat kekuasaan Khalifah ditiadakan pada tanggal 1 November 1922.

Mulailah Mustafa Kemal menampakkan kebenciannya kepada Islam. Pada tanggal 19 November 1922 melalui Majelis Nasional Turki di Ankara, Mustafa Kemal mengangkat Abdul Majid II menjadi Khalifah menggantikan Muhammad Wahiduddin yang melarikan diri. Sultan Abdul Majid ini sebenarnya hanya khalifah boneka yang sama sekali tidak memiliki kekuasaaan apa-apa.

Pada tanggal 29 Oktober 1923 kaum nasionalis sekuler Turki memproklamirkan berdirinya Republik Turki dengan Mustafa Kemal sebagai presidennya.

Tidak lama berkuasa, ia menyatakan tegas bahwa ia akan menghancurkan puing reruntuhan Islam dalam kehidupan bangsa Turki. Hanya dengan mengeliminasi segala hal berbau Islam, Turki bisa ‘maju’ menjadi bangsa modern yang dihormati. Tanpa ragu Kemal menyerang Islam dan pilarnya.

>>Pernikahan Mustafa Kemal

Mustafa Kemal akhirnya menikah juga. Ia menikah dengan Latife Usakligil.anak perempuan Ushakizade Muammer, seorang Smyrna yang kaya dan berminat pada perkapalan dan perdagangan intgernasional. Meskipun Latife orang turki yang berkulit zaitun dan memiliki mata gelap dan besar, namun ia telah belajar ilmu hukum di Eropa dan berbahasa Perancis seperti wanita Perancis. Mereka menikah di rumah ayah Latife dengan gaya Eropa sebagai upaya untuk menghapuskan adat-adat yang Islami. Dalam perkawinan Islam, pengantin laki-laki dan perempuan tidak boleh saling bertemu sampai setelah upacara akad nikah selesai. Namun, Kemal dan Latife melanggar tradisi dan mengucapkan janji setia mereka sambil duduk di atas bangku.

Setelah itu Kemal mengajak istrinya melakukan perjalanan bulan madu, dengan memanfaatkan isterinya sebagai contoh dalam kampanyenya untuk menggalakkan emansipasi terhadap wanita Turki. ”Itulah cara untuk memperlakukan seorang wanita,” katanya, dengan menunjuk Latife yang berdiri di sampingnya dengan mengenakan celana. Memamerkan isteri barunya dengan cara yang tidak lazim semacam itu menyulut kemarahan bagi kalangan Islam yang mereka sebut tradisionalis di antara lawan-lawan politiknya, khususnya ketika Latife tampil mengenakan gaun pendek yang mempertontonkan bagian-bagian tubuh secara terbuka pada berbagai acara pesta besar.

Tahun 1340 H/ 1923 M Mustafa Kemal menandatangani perjanjian dengan negara-negara Barat yang dikenal dengan nama Perjanjian Luzan (lausane). Perjanjian itu mewajibkan Turki menerima beberapa syarat yang dikenal dengan nama syarat Karzun (Curzon) yang empat. Karzun adalah ketua delegasi Inggris dalam pertemuan Luzan. Empat syarat itu:

Pemutusan Turki dari semua hal yang berhubungan dengan Islam.
Penghapusan Khilafah Islam untuk selama-lamanya.
Mengeluarkan Khalifah dan para pendukung Khilafah dan Islam dari negeri Turki serta mengambali harta khalifah.
Mengadopsi undang-undang sipil sebagai pengganti undang-undang Turki yang lama.
Mustafa Menjagal Khilafah

Dan tanggal 3 Maret 1924 Mustafa Kemal pun memulai proses penjagalan Khilafah yang tanpa daya. Ia memanggil semua anggota Majelis Nasional untuk mengadakan pertemuan. Malam-malam sebelumnya, Mustafa Kemal berusaha membungkam suara penentangnya dengan mengancam dengan hukuman mati bagi para pengkritik pendapatnya. Mustafa Kemal mengusulkan pada Majelis Nasional proyek pembubaran khilafah yang dia sebut sebagai ”bisul sejak Abad Pertengahan” untuk selamanya dan mendirikan negara Turki sekuler. Keputusan pun diambil tanpa perdebatan. Keputusan mencakup pembuangan Khalifah pada hari berikutnya ke Swiss. Maka obor khilafah pun padam, di tangan Mustafa Kemal.

Berita Pembubaran Khilafah ini memunculkan kegundahan di seluruh dunia Islam. Karena bagaimana pun selama ini Istambul merupakan lambang kekuatan politik bagi dunia Islam. Penyair Syauqi yang sebelumnya memuji Mustafa Kemal, meratap sedih atas peristiwa yang terjadi. Di Indonesia,.kelompok modernis, seperti al-Irsyad, Muhammadiyah, Persis, Sarekat Islam dan Kelompok tradisi yang nantinya mendirikan Nahdhatul Ulama bersepakat untuk menegakkan kembali khilafah. Mereka membentuk Komite Khilafah tanggal 4 Oktober 1924 di Surabaya dengan ketua Wondosudirdjo dari Sarekat Islam dan wakil ketua K.H. Abdul Wahab Hasbullah tokoh pendiri Nahdhatul Ulama sebagai utusan dalam kongres Khilafah di Mesir.

>>Mustafa Mengubur Peradaban Islam

Sementara itu di Turki, setelah sukses menjagal Khilafah, mulailah Mustafa Kemal mengubur peradaban Islam dari bumi Turki.

Tahun 1925 M/ 1344 H masjid-masjid ditutup dan pemerintah memberangus semua gerakan keagamaan dengan segala kebengisannya..

Tahun itu juga, Latife yang minta diperlakukan dan dihormati sebagaimana mestinya seorang istri, dengan kasar diceraikan oleh Mustafa Kemal dan diusirnya.

Setelah bercerai, Mustafa menjadi lelaki tak tahu malu dan tak mengenal batas. Ia menjadi peminum berat dan tak bisa lepas dari miras. Sejumlah lelaki muda tampan, istri, dan putri pendukungnyapun menjadi objek pemuas syahwat dan korban agresi vital nafsunya, sampai ia menderita penyakit kelamin.

Sementara itu, gemuruh kaum oposisi Turki mulai menderu. Gemuruh itu akhirnya meledak pada 1926, ketika suku Kurdi gunung melancarkan pemberontakan bersenjata melawan rezim Kemalis. Mustafa Kemal tak buang waktu. Seluruh suku Kurdistan di Turki dibinasakan dengan bengis, desa dibakar, ternak dan hasil panen dihancurkan, perempuan dan anak-anak diperkosa dan dibantai. 46 kepala suku Kurdi digantung di depan umum. Dan terakhir, mengeksekusi Syekh Said, pemimpin suku Kurdi.

Tahun 1926/ 1345 M Syariah Islam diganti dengan hukum sipil yang diadopsi dari hukum Swiss.

Tahun itu juga Penanggalan Hijriyah diganti dengan penanggalan masehi sehingga angka tahun 1345 H dihapus di seluruh Turki dan diganti dengan 1926 M.

Tahun 1928 M/ 1347 H Teks undang-undang menghapus Turki sebagai pemerintahan Islam. Teks sumpah yang diucapkan para pejabat pemerintah saat dilantik yang sebelumnya bersumpah dengan nama Allah diganti dengan hanya mengucapkan ”Dengan kehormatan mereka, mereka akan menunaikan kewajiban.”

Tanggal 1 November 1928 dibuat UU tentang pengambilan dan penerapan alfabet (Latin) serta pelarangan tulisan Arab.

Tahun 1929 M/ 1348 H. Pemerintah mulai mewajibkan secara paksa untuk menggunakan huruf-huruf latin dalam penulisan bahasa Turki sebagai ganti huruf Arab yang dipakai sebelumnya. Pengajaran bahasa Arab dan Persia dihapuskan dari seluruh fakultas. Buku-buku yang terlanjur dicetak dalam huruf Arab diekspor ke Mesir, Persia dan India. Pemerintah Turki ingin memutus hubungan Turki dengan masa lalu keislaman mereka, juga memutus hubungan Turki dengan kaum muslimin di seluruh negeri Arab dan negeri Islam lainnya.

Tahun 1931-1932 M/ 1350-1351 H pemerintah membatasi jumlah masjid. Mustafa Kemal terus mencerca masjid-masjid. Dia menutup masjid utama di Istambul dan mengubah Masjid Aya Shofia menjadi museum, sedang Masjid al-Fatih dijadikan gudang!

1933 M/ 1352 H Fakultas Syariah di Universitas Istambul ditutup. Pemerintah juga menghapus pendidikan agama di sekolah-sekolah khusus.

Mustafa Kemal meniupkan ruh nasionalisme ke tengah-tengah bangsa Turki dengan selalu mendengung-dengungkan. ”Sesungguhnya Turki adalah pemilik peradaban yang paling tua di dunia. Sudah tiba saatnya kini untuk diambil kembali dan menggantikan peradaban Islam.”

Tahun itu juga Mustafa Kemal melalui Majelis Nasional (National Assembly) kemudian menyandangkan gelar Ataturk pada dirinya, yang berarti Bapak orang-orang Turki.

Mustafa Kemal Ataturk memerintahkan penerjemahan al-Qur`an ke dalam bahasa Turki, sehingga kehilangan makna-maknanya dan cita rasa bahasanya. Puncaknya, dia memerintahkan agar adzan dilakukan dengan menggunakan bahasa Turki!

Tanggal 3 Desember 1934 dibuat UU tentang larangan memakai busana tradisional yang Islami.

Pemerintah memerintahkan kaum wanita untuk menanggalkan jilbab dan membiarkan mereka berkeliaran dimana-mana tanpa mengenakan jilbab. Pemerintah juga menghapuskan kepemimpinan kaum lelaki atas wanita dengan semboyan demi kebebasan dan kesetaraan jender. Pemerintah mendorong diselenggarakannya pesta-pesta tari dan drama-drama yang menggabungkan lelaki dan perempuan.

Tahun 1935 M Pemerintah Turki mengubah hari libur resmi Jumat menjadi hari Minggu yang dimulai Sabtu Zhuhur hingga Senin pagi.

>>Pengaruh Mustafa Kemal ke Dunia Islam

Langkah-langkah yang diambil Mustafa Kemal ini memiliki dampak yang luas di Mesir, Afghanistan, Iran, India dan Turkistan serta kawasan dunia Islam lainnya, termasuk Indonesia. Langkah-langkah ini memberi peluang bagi kalangan yang menyeru pada westernisasi dengan menjadikan Turki sebagai teladan utama saat menyatakan tentang kemajuan dan kebangkitan. Media-media yang orientasinya memusuhi Islam menyambut gembira apa yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Media-media itu menyebarkan apa yang dikatakan oleh Ataturk dengan ungkapannya, ”Turki baru, sama sekali tidak memiliki hubungan apa pun dengan agama.” Atau, saat lain ia memegang al-Qur`an di tangannya dan dengan congkaknya menyatakan, ”Sesungguhnya kemajuan bangsa-bangsa tidak mungkin dilakukan dengan menerapkan hukum-hukum dan kaidah-kaidah yang telah berlalu beberapa abad lamanya.” Na’udzubillahi min dzalik!

Mustafa Kemal yang telah murtad ini selalu berkoar di mimbar-mimbar agar rakyat Turki meniru apa yang ada di Barat Salibis dan mengajak pada kebebasan yang berbau kekufuran bagi kalangan wanita Turki. Mustafa mengajak pada degradasi akhlak dengan anggapan bahwa minum minuman keras, judi dan perzinahan tak lain sebagai gambaran dari tingginya peradaban dan kemajuan.

Setelah menghukum mati teman-teman yang dulu seperjuangan dengannya, kini Mustafa Kemal jadi diktator absolut bagi Turki sekuler.

>>Kematian Mustafa Kemal

Tindakan yang dilakukan oleh Ataturk ini nyata sekali telah memisahkan budaya Turki daripada akar umbi agama Islam dan menghapuskan satu peruntukan yang termaktub dalam Perlembagaan Turki iaitu agama Islam sebagi agama rasmi negara Turki. Ataturk berusaha dan berkerja keras untuk menghapuskan para penentangnya. Belai membakar akhbar-akhbar, menangkap ketua-ketua pengarang akhbar dan juga mengawasi para ulama. Ataturk juga telah mengasaskan Parti rakyat Republikan pada tahun 1342H (1923M) dan menjadikan presidentnya sehinggalah belaiu meninggal dunia pada tahun 1357H (1938M).

Ataturk hidup tanpa isteri dan anak-anak. Isterinya bernama latifah hanim hanya mampu tinggal bersamanya selama setahun sahaja kerana tidak tahan denagn kefasikan Ataturk. Kediamannya dipenuhi dengan segala macam kemungkaran daripada arak sehinggalah wanita. Ketika Ataturk terlantar menunggu saat kematiannya, dia begitu takut jika tidak ada orang yang dapat mengantikannya dan mampu meneruskan apa yang telah dilakukannya sebelum ini. Lalu beliau memanggil Duta Britain di Turki,Bercy Lorren ke kediamnya di Istanbul meminta duta tersebut menggantikannya sebagai presiden. Ataturk mempunyai kuasa untuk memilih pengganti sebelum beliau mati, tetapi duta tersebut menolak permintaan Ataturk.

Mustafa Kamal dikebumikan dalam keranda timah setelah disembahyangkan di istana presiden yang dihadiri oleh beberapa orang pemimpin kanannya yang saling bercanggah pendapat sama ada patut atau tidak dia disembahyangkan. Jenazahnya kemudian di bawa ke Ankara dalam upacara rasmi. Jawatan presiden kemudianya disandang oleh rakan Ataturk, Esmat Enunu pada tahun 1357H (1937M).

Semasa Pemerintahannya!

1. Membolehkan perempuan memakai tudung dengan syarat pakai skirt.
2. Membolehkan lelaki memakai seluar panjang dengan syarat pakai tali leher dan topi(sesuai dengan kehendak barat).
3. Menyuruh wanita dan lelaki menari di khalayak ramai. Beliau sendiri pernah menari dengan seorang wanita di satu parti umum yang pertama di Ankara.
4. Beliau pernah menegaskan bahawa “negara tidak akan maju kalau rakyatnya tidak cenderung kepada pakaian moden.”
5. Menggalakkan minum arak secara terbuka.
6. Mengarahkan Al-Quran dicetak dalam bahasa Turki.
7. Menukar azan ke dalam bahasa Turki. Bahasa Turki sendiri diubah dengan membuang unsur-unsur Arab dan Parsi.
8. Mengambil arkitek- arkitek dari luar negara untuk memodenkan Turki. Hakikatnya mereka diarah mengukir patung-patung dan tugu- tugunya di seluruh bandar Turki.
9. Satu ucapan beliau di bandar Belikesir di mana beliau dengan terang-terangannya mengatakan bahawa agama harus dipisahkan dengan urusan harian dan perlu dihapuskan untuk kemajuan.
10.Agama Islam juga di buang sebagai Agama Rasmi negara.
11.Menyerang Islam secara terbuka dan terang-terangan.
12.Menggubal undang-undang perkahwinan berdaftar berdasarkan undang- undang barat.
13.Menukar Masjid Ayasophia kepada muzium, ada sesetengah masjid dijadikan gereja.
14.Menutup masjid serta melarang dari bersembahyang berjemaah.
15.Menghapuskan Kementerian Wakaf dan membiarkan anak-anak yatim dan fakir miskin.
16.Membatalkan undang-undang waris, faraid secara islam.
17.Menghapus penggunaan kalendar Islam dan menukarkan huruf Arab kepada huruf Latin.
18.Mengganggap dirinya tuhan sama seperti firaun. Berlaku peristiwa apabila salah seorang askarnya ditanya “siapa tuhan dan di mana tuhan tinggal?” oleh kerana takut, askar tersebut menjawab ‘Kamal Atartuk adalah tuhan” beliau tersenyum dan bangga dengan jawapan yang diberikan oleh askar itu.

Kematian Kamal Atartuk Yang Menyeksakan Di saat kematiannya, Allah telah datangkan beberapa penyakit kepada beliau sehingga dia rasa terseksa dan tak dapat menanggung seksaan dan azab yang Allah berikan di dunia.

Antaranya ialah :

1. Didatangkan penyakit kulit hingga ke kaki dimana dia merasa gatal-gatal seluruh badan.
2. Sakit jantung.
3. Penyakit darah tinggi.
4. Panas sepanjang masa, tidak pernah merasa sejuk sehingga terpaksa diarahkan kepada bomba untuk menyiram rumahnya 24 jam. Pembantu- pembantunya juga diarahkan untuk meletak ketulan-ketulan ais di dalam selimut untuk menyejukkan beliau.
Maha suci Allah, buat macam mana pun rasa panas tak hilang-hilang. Oleh kerana tidak tahan dengan kepanasan yang ditanggung, dia menjerit sehingga seluruh istana mendengar jeritan itu. Oleh kerana tidak tahan mendengar jeritan, mereka-mereka yang bertanggung jawab telah menghantar beliau ke tengah lautan dan diletakkan dalam bot dengan harapan beliau akan merasa sejuk.

Allah itu Maha Besar, panasnya tak jugak hilang! Pada 26 september 1938, beliau pengsan selama 48 jam disebabkan terlalu panas dan sedar selepas itu tetapi dia hilang ingatan.
Pada 9 November 1938, dia pingsan sekali lagi selama 36 jam dan akhirnya meninggal dunia. sewaktu beliau meninggal, tidak seorang pun yang memandi, mengkafan dan menyembahyangkan mayat dia. Mayatnya diawetkan selama 9 hari 9 malam, sehingga adik perempuan beliau datang meminta ulama-ulama Turki memandikan, mengkafankan dan menyembahyangkannya. Tidak cukup dari itu, Allah tunjukkan lagi balasan azab ketika mayatnya di bawa ke tanah perkuburan.

Bila mayatnya hendak ditanam, tanah tidak menerimanya (tak dapat nak bayangkan bagaimana tanah tidak menerimanya). Disebabkan putus asa, mayatnya diawetkan sekali lagi dan dimasukkan ke dalam muzium yang diberi nama EtnaGrafi (kalau tak silap dengar) selama 15 tahun sehingga tahun 1953).

Selepas 15 tahun mayatnya hendak ditanam semula, tapi Allah Maha Agung, bumi sekali lagi tak menerimanya. Habis ikhtiar, mayatnya dibawa pula ke satu bukit ditanam dalam satu binaan marmar beratnya 44 tan. Mayatnya ditanam di celah-celah batu marmar. Apa yang menyedihkan, ulama-ulama sezaman dengan Kamal Atartuk telah mengatakan bahawa “jangan kata bumi Turki, seluruh bumi Allah ini tidak menerima Kamal Atartuk!”

(https://www.facebook.com/pages/Komunitas-Muslimah-Rindu-Syariah-Khilafah/304591352923315)

Wanita Penghuni Surga Itu

Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,

“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”

Aku menjawab, “Ya”

Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’

Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’

Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa rindunya hati ini kepada surga-Nya yang begitu indah. Yang luasnya seluas langit dan bumi. Betapa besarnya harapan ini untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Dan subhanallah! Ada seorang wanita yang berhasil meraih kedudukan mulia tersebut. Bahkan ia dipersaksikan sebagai salah seorang penghuni surga di kala nafasnya masih dihembuskan. Sedangkan jantungnya masih berdetak. Kakinya pun masih menapak di permukaan bumi.

Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas kepada muridnya, Atha bin Abi Rabah, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya”

Ibnu Abbas berkata, “Wanita hitam itulah….dst”

Wahai saudariku, tidakkah engkau iri dengan kedudukan mulia yang berhasil diraih wanita itu? Dan tidakkah engkau ingin tahu, apakah gerangan amal yang mengantarkannya menjadi seorang wanita penghuni surga?

Apakah karena ia adalah wanita yang cantik jelita dan berparas elok? Ataukah karena ia wanita yang berkulit putih bak batu pualam?

Tidak. Bahkan Ibnu Abbas menyebutnya sebagai wanita yang berkulit hitam.

Wanita hitam itu, yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-nya. Inilah bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang syar’i. Yaitu yang hanya diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang halal baginya.

Kecantikan iman yang terpancar dari hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya, amalan-amalan shalihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia pun akan menjelma menjadi secantik bidadari surga.

Bagaimanakah dengan wanita zaman sekarang yang sibuk memakai kosmetik ini-itu demi mendapatkan kulit yang putih tetapi enggan memutihkan hatinya? Mereka begitu khawatir akan segala hal yang bisa merusak kecantikkannya, tetapi tak khawatir bila iman dan hatinya yang bersih ternoda oleh noda-noda hitam kemaksiatan –semoga Allah Memberi mereka petunjuk-.

Kecantikan fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan fisik yang justru mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka saudariku, seperti apapun rupamu, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau merasa rendah diri. Syukurilah sebagai nikmat Allah yang sangat berharga. Cantikkanlah imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.

Wahai saudariku, wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau agar berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya. Seorang muslim boleh berusaha demi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak melanggar syariat. Salah satunya adalah dengan doa. Baik doa yang dipanjatkan sendiri, maupun meminta didoakan orang shalih yang masih hidup. Dan dalam hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki keistimewaan berupa doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah.

Wanita itu berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”

Saudariku, penyakit ayan bukanlah penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita oleh seorang wanita. Betapa besar rasa malu yang sering ditanggung para penderita penyakit ayan karena banyak anggota masyarakat yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang menjijikkan.

Tapi, lihatlah perkataannya. Apakah engkau lihat satu kata saja yang menunjukkan bahwa ia benci terhadap takdir yang menimpanya? Apakah ia mengeluhkan betapa menderitanya ia? Betapa malunya ia karena menderita penyakit ayan? Tidak, bukan itu yang ia keluhkan. Justru ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat penyakitnya kambuh.

Subhanallah. Ia adalah seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu betul akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha melaksanakannya meski dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita shalihah, calon penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa berusaha menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang di saat sehat pun dengan rela hati membuka auratnya???

Saudariku, dalam hadits di atas terdapat pula dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran merupakan salah satu sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.” Wanita itu menjawab, “Aku pilih bersabar.”

Wanita itu lebih memilih bersabar walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa menjadi penghuni surga. Salah satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh wanita itu lagi, bersabar menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik.

Saudariku, terkadang seorang hamba tidak mampu mencapai kedudukan kedudukan mulia di sisi Allah dengan seluruh amalan perbuatannya. Maka, Allah akan terus memberikan cobaan kepada hamba tersebut dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian Allah Memberi kesabaran kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga, dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan mulia yang sebelumnya ia tidak dapat mencapainya dengan amalannya.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika datang suatu kedudukan mulia dari Allah untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya.” (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599)

Maka, saat cobaan menimpa, berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan kesabaran kita dalam menghadapi cobaan Allah akan Mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita ke kedudukan mulia di sisi-Nya.

Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar auratnya tidak tersingkap. Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap.

Wahai saudariku, seorang wanita yang ingatannya sedang dalam keadaan tidak sadar, kemudian auratnya tak sengaja terbuka, maka tak ada dosa baginya. Karena hal ini di luar kemampuannya. Akan tetapi, lihatlah wanita tersebut. Bahkan di saat sakitnya, ia ingin auratnya tetap tertutup. Di saat ia sedang tak sadar disebabkan penyakitnya, ia ingin kehormatannya sebagai muslimah tetap terjaga. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang secara sadar justru membuka auratnya dan sama sekali tak merasa malu bila ada lelaki yang melihatnya? Maka, masihkah tersisa kehormatannya sebagai seorang muslimah?

Saudariku, semoga kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari wanita penghuni surga tersebut. Wallahu Ta’ala a’lam.

-o0o-

Penulis: Ummu Rumman Siti Fatimah
Muraja’ah: ustadz Abu Salman

Marji’:
Syarah Riyadhush Shalihin (terj). Jilid 1. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin. Cetakan ke-3. Penerbit Darul Falah. 2007 M.

Mencetak Generasi Tangguh Pondasi Aqidah Usia Dini

“Mendidik anak sedari kecil adalah ibarat mengukir di atas batu.” Sabda Nabi saw tersebut sangat tepat untuk menggambarkan pentingnya mendidik anak sedini mungkin. Anak yang masih kecil, mendidiknya membutuhkan kesabaran karena harus terus mengulang-ulang konsep yang hendak ditanamkan. Namun begitu konsep tersebut sudah masuk, maka ia akan tertancap dengan kuat di sana, sulit hilang seperti ukiran di atas batu.

Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini merupakan masa keemasan (golden age) dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan selanjutnya. Pada masa ini pertumbuhan otak berlangsung sangat pesat (eksplosif). Perkembangan pada tahun-tahun pertama sangat penting menentukan kualitas anak di masa depan. Perkembangan intelektual anak usia 4 tahun telah mencapai 50%, pada usia 8 tahun mencapai 80% dan pada saat mencapai sekitar 18 tahun perkembangan telah mencapai 100%. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa informasi awal yang diterima anak akan cenderung permanen dan menentukan perilaku anak pada masa berikutnya. Oleh karenanya anak perlu rangsangan psikososial dan pendidikan.

Bagi anak, pendidikan yang tepat pada usia dini akan menjadi pondasi keberhasilannya pada masa yang akan datang. Pendidikan agama tidak pelak lagi menjadi suatu kebutuhan bagi anak usia dini untuk membentuk kepribadian Islam. Secerdas apapun seorang anak, tanpa memiliki pendidikan agama sebagai landasan hidupnya, maka hidupnya di dunia tidak ada nilainya. Rasulullah saw bersabda :

“Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya serta biasa beramal untuk bekal kehidupan setelah mati. Sebaliknya, orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya, sementara dia berangan-angan kepada Allah” (HR. At tirmidzi, Ahmad, Ibn Majah, dan al-Hakim).

Dengan demikian pendidikan agama adalah kerangka yang kita gunakan dalam membentuk anak usia dini. Ilmu-ilmu lain seperti matematika, membaca, kesenian, sains dan sebagainya adalah pelengkap, yang memberi warna dan penampakan luar bagi kerangka tersebut.

Yang terpenting bagi orangtua adalah mengubah paradigma berpikir tentang anak. Selama ini orangtua berpandangan bahwa anak adalah asset, tempat orangtua bergantung nanti saat tua telah datang. Paradigma semacam ini menempatkan anak dalam rangka kebutuhan orangtuanya. Anak diarahkan untuk bisa bekerja, mencari uang untuk menghidupi orangtua kelak.

Ada pula paradigma yang lahir dari ide kapitalis-liberalis. Bahwa anak adalah individu yang unik dan berbeda. Maka anak diberi hak untuk bebas dalam menentukan pilihan, bebas untuk berkembang menjadi apapun yang ia inginkan. Bahkan sampai dikeluarkan konvensi hak anak yang mencakup juga hak anak untuk memeluk agama berbeda dari orangtuanya.

Paradigma yang seharusnya kita bangun adalah setiap anak memiliki hak untuk masuk surge kelak. Orangtua harus memastikan agar anak memperoleh haknya tersebut. Dengan demikian, orangtua mendidik anak untuk menjadikan hidupnya sebagai ladang amal. Bila anak menyimpang, orangtua wajib untuk meluruskan anak, sekalipun untuk meluruskan tersebut orangtua harus melakukan pemaksaan.

Paradigma semacam ini akan membuat orangtua berupaya mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Orangtua dengan cermat akan mengidentifikasi hal-hal apa yang bisa mengantarkan anak untuk meraih keridhaan Tuhannya dan apa saja yang bisa menghalanginya. Ia akan merumuskan target-target yang harus dicapai dalam mendidik anak, bukan semata mengikuti keadaan dan keinginan anak, atau seperti mengikuti air mengalir saja. Ia memilih apa yang bisa membahagiakan anak di akherat sekalipun pahit, bukan apa yang membahagiakan anak di dunia tapi mencelakakan akheratnya.

Untuk menguasai metode pendidikan anak yang paling tepat, kita terlebih dahulu harus mengenali potensi, karakter dan tahapan perkembangan anak dan menetapkan target-target yang jelas.

Mendidik anak usia dini pada dasarnya adalah mempersiapkan mereka untuk mampu menerima beban taklif hukum syara’ pada saat mereka mencapai usia baligh. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, antara lain :

Mempersiapkan indera, otak, fisik, emosi, dan seluruh potensi hidup anak sehingga pada tahapan selanjutnya (usia pra baligh dan baligh) telah terlatih dan dapat melakukan aktivitas berpikir dan bersikap berdasarkan Islam
Melakukan stimulasi (rangsangan-rangsangan) yang tepat sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini (0-6 tahun)
Tidak memberi sanksi dan pembebanan yang lebih dari kemampuan pada anak usia dini
Belajar dilakukan sambil bermain tidak dengan pemaksaan
Tidak memperlakukan mereka seperti orang dewasa yang telah sempurna akalnya hingga bisa mengendalikan diri dalam pemenuhan kebutuhan jasmani dan naluri
Potensi Anak Usia Dini

Potensi yang dimiliki anak adalah sama dengan orang dewasa yakni akal, naluri dan kebutuhan fisik. Akal adalah proses berpikir pada manusia. Proses berpikir terjadi ketika indera menangkap fakta, kemudian mengirimnya ke otak yang menghubungkan fakta dengan informasi yang telah ada sebelumnya untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

Untuk mengasah kemampuan berpikir anak, orangtua harus memberikan stimulasi pada komponen-komponen dalam aktivitas berpikirnya. Fakta yang dapat dicerap indera anak diperbanyak, misalnya dengan mengajak anak berjalan-jalan dan mengenalkan anak pada alam dan lingkungan di sekitarnya. Merangsang fungsi indera, seperti menyediakan berbagai mainan dengan berbagai warna, bentuk dan tekstur, memperdengarkan berbagai bunyi-bunyian, mengenalkan beraneka rasa dan seterusnya. Orangtua mengoptimalkan pertumbuhan otak anak dengan memberikan makanan bergizi dan menciptakan suasana penuh kasih sayang. Orangtua memberikan informasi-informasi yang sesuai dengan tahap perkembangan anak seperti mengenalkan nama-nama benda, memperkaya kosa katanya, membacakan cerita, mengenalkan anak pada Allah dan rasul, dan sebagainya.

Naluri memiliki tiga penampakan, yakni naluri mempertahankan diri (gharizah baqa’), naluri melangsungkan keturunan (gharizah nau’) dan naluri mensucikan sesuatu (gharizah tadayyun). Ketiga naluri ini juga perlu mendapatkan stimulasi sedari dini.

Anak kita ajarkan untuk mengontrol emosinya, menyampaikan pendapat secara terbuka dengan cara yang ma’ruf dan memupuk rasa percaya dirinya dalam naluri baqa’. Untuk naluri nau’, anak kita ajarkan perbedaan laki-laki dan perempuan, mengungkapkan kasih sayang kepada keluarga, dan bersilaturahim. Sedang untuk mengasah naluri tadayyunnya, kita ajak anak untuk mengenal Pencipta melalui alam semesta, menanamkan kekaguman atas keagungan-Nya dan mulai mengajak anak melakukan ibadah.

Untuk potensi yang terkait dengan kebutuhan fisik, maka yang perlu kita perhatikan adalah melatih kemampuan fisik anak, baik motorik kasar seperti berlari, melompat, merayap, berenang, dan sebagainya; juga motorik halus seperti menggunting, menggambar, menarik garis, menempel, dan sebagainya. Selain itu, dalam pemenuhan kebutuhan fisiknya anak mulai kita kenalkan dengan konsep halal haram, sehingga nantinya ia memiliki standar dalam memenuhi kebutuhan fisiknya.

Karakteristik Anak Usia Dini

USIA 0-2 TAHUN

Anak berinteraksi secara fisik dan belajar dengan lingkungannya melalui panca indera (mencerap fakta dan informasi).
Pada awalnya perbuatan yang dilakukan hasil dari refleksi murni; lalu menjadikan dirinya sebagai obyek yang berhubungan dengan obyek-obyek lainnya (memperhatikan sesuatu yang menarik perhatiannya dan berusaha memintanya)
Anak belum dapat membedakan antara dirinya dengan lingkungan, karena itu ia menerima segala informasi yang datang dari luar dirinya, memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain, dan pasrah terhadap segala perlakuan yang diberikan kepadanya, baik yang sesuai dengan perkembangan dirinya maupun tidak sesuai dengan perkembangan dirinya.
Informasi yang masuk akan diterima anak dengan bentuk global (tidak memperhatikan bagian-bagian), langsung (diterima apa adanya dan langsung mengikutinya) , pasif (belum memberi tanggapan yang berarti), dan spontanitas (belum ada kontrol perilaku atau bahasa).
Cara berkomunikasi anak usia 0-1 tahun adalah melalui tangisan/jeritan; ocehan atau celoteh; isyarat serta ekspresi emosional, sedangkan pada usia 1-2 tahun anak mulai mengeluarkan bunyi (satu kata) yang mengandung arti yang berbeda-beda (sebagai satu kalimat penuh); menyebutkan dua kata dengan maksud yang lebih jelas (mampu mengatur kembali kata-kata dalam bahasanya).
Kemampuan berbahasa anak usia ini diperoleh melalui proses Imitasi (menirukan), pengulangan dan merangkai kata-kata.
Sedangkan cara bersosialisasi adalah dengan mengenal orang-orang yang biasa berada disekitarnya , mengajak berkomunikasi dan menjadikan mereka sebagai pemenuh kebutuhannya. Anak juga belum mudah beradaptasi dengan orang-orang/tempat-tempat yang baru dikenalnya. Dalam bermain, anak bermain sejajar, yaitu bermain sendiri-sendiri tidak ada kontak satu sama lain (bila ada kontak, maka yang terjadi perebutan dan penguasaan mainan).
Pada usia 0-2 tahun ini, anak diajarkan berbagai ketrampilan untuk hidup mandiri, seperti mengenakan pakaian, makan, minum, dsb. Periode ini juga periode perkembangan fisik yang pesat, sehingga anak perlu dirangsang untuk mengembangkan fisik dan motoriknya. Begitu juga dalam perkembangan bicara, anak perlu dirangsang dengan banyak mengajaknya berbicara, mengenalkan berbagai nama benda dan kosa kata baru, serta membacakan buku cerita anak yang sederhana.

Yang paling penting, anak disuasanakan dengan suasana islami untuk menumbuhkan minat dan kecenderungannya terhadap agama. Misalnya memperdengarkan ayat-ayat Al Qur’an, melibatkan anak dalam shalat, mengajarkan lagu anak-anak Islam, mengajarkan anak mengucap lafazh Allah dan Muhammad, membaca doa-doa harian, dan membiasakan anak perempuan memakai kerudung.

USIA 2-4 TAHUN

§ Latihan proses berpikir anak dilakukan dengan cara:

Pengalaman (segala sesuatu yang dialami dan dirasakan sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan)
Pengulangan (mengulang-ulang suatu perbuatan untuk mencapai kepuasan dan kenikmatan atas perbuatan tersebut
Peniruan (imitasi):Mengikuti secara persis apa yang dilihat (perbuatan/perlaku) dan yang didengarnya (ucapan) orang disekitarnya
Perhatian (Memperhatikan segala sesuatu yang baru dan yang kontras terhadap apa yang dilihat dan didengarnya)
§ Eksploratif secara individu (menjelajah segala sesuatu yang menjadi perhatiannya termasuk dalam bentuk eksplorasi penolakan/pembangkangan)

§ Berpikir statis (tidak dapat berpikir dibalik), telah dapat mengatur secara serial

§ Sudah dapat membedakan dan mengklasifikasi bentuk dan warna

§ Sudah dapat berpikir secara simbolik (menyesuaikan diri dengan pola pikir orang lain dengan cara meniru gerakan dan ucapan orang lain)

§ Belum mampu berpikir secara logis dan abstrak masih bersifat egosentris (berpikir terhadap dirinya sendiri)

§ Cara Berkomunikasi pada usia ini adalah menggunakan bahasa untuk mendapatkan apa yang diinginkannya (sudah mengerti hubungan sebab akibat) dan anak sudah bisa memberi umpan balik dalam berkomunikasi

§ Dalam hal bersosialisasi, anak sudah mulai melepaskan dirinya terhadap ketergantungan dengan orang lain. Ia sudah bisa bermain bersama dengan caranya sendiri-sendiri dan mulai bermain bersama dengan melibatkan dirinya

§ Disiplin sikap mulai dilatih tanpa harus memaksanya untuk melakukan dengan benar, begitu juga dengan disiplin waktu, karena anak belum bisa menerapkan disiplin waktu .

Selain terus mengajarkan apa yang harus diajarkan di tahap sebelumnya, anak usia ini sudah dapat diberikan stimulasi yang lebih luas. Untuk merangsang proses berpikirnya, anak diberikan kesempatan mengeksplorasi lingkungannya untuk mendapat pengalaman sebanyak-banyaknya dalam hidup. Misalnya dengan mengajak anak berjalan-jalan ke tempat-tempat yang berbeda, mengamati alam lingkungan dan melakukan berbagai aktivitas. Ini adalah kesempatan yang baik untuk mengenalkan keberadaan Pencipta pada anak melalui pengamatan terhadap ciptaan-Nya.

Dalam memberikan informasi untuk merangsang proses berpikirnya, orangtua hendaknya tidak bosan untuk mengulang-ulangnya. Hal ini adalah bagian dari tahapan berpikirnya. Maka buang jauh prasangka kita bahwa anak “bandel” karena terus melakukan apa yang kita larang atau melanggar apa yang kita perintahkan.

Karena masa ini adalah masa imitasi atau peniruan, kita perlu memberikan contoh keteladanan yang baik untuk anak. Mengajaknya untuk ikut shalat, mengaji, dan melibatkannya dalam aktivitas dakwah kita adalah hal yang harus kita lakukan untuk membentuk kebiasaan dan karakter anak. Begitu pula memberikan keteladanan dalam berkata yang baik, berbuat baik, serta mengasah perasaan peduli dengan orang lain.

Untuk memunculkan jiwa kepemimpinannya, beri kesempatan pada anak untuk membuat keputusan, menghargai pendapat-pendapatnya, dan merangsang keberaniannya untuk tampil di hadapan orang lain.

Pada usia ini, anak dapat mulai diajak untuk menghafal surat-surat pendek. Sambil bermain, ibu dapat memperdengarkan surat-surat pendek berulang-ulang. Anak akan secara otomatis merekam, sehingga mudah baginya untuk hafal lebih cepat. Ditunjang dengan sifat imitasinya, yaitu meniru, maka sekalipun anak belum mampu melafazhkan dengan tepat, namun ia telah memiliki dasar untuk hafalannya. Begitu pula membacakan doa-doa rutin harian akan mempercepat anak untuk hafal dan menjadi kebiasaannya.

Hadist-hadist pendek juga sudah dapat mulai diajarkan. Ketika menegur anak, atau mengajarkan sesuatu, bacakan hadistnya. Misalnya saat anak bertengkar, kita dapat menyampaikan:”Kata nabi kita, al muslimu akhul muslim, sesama muslim itu bersaudara.” Membacakan hadist akan membangun ketaatan anak pada Rasulullah saw, dan memudahkan anak menerima beliau sebagai teladan. Anak juga akan terbiasa untuk terikat dengan dalil pada saat melakukan sesuatu.

USIA 4-6 TAHUN

Masa keingintahuan (mulai berpikir dengan 4W+1H). Anak menjadi banyak bertanya tentang segala apa yang dilihat dan menjadi perhatiannya. Anak menjelajah untuk mengetahui bagaimana terjadinya benda atau sesuatu itu, dan bagaimana ia dapat masuk atau menjadi bagian dari lingkungan tersebut. Anak juga memiliki kreativitas yang tinggi, suka membongkar pasang mainan dan mengubah bentuk yang sudah jadi atau mainan bongkar pasang
Proses terbentuknya kemampuan berpikir, meliputi poin-poin sebagai berikut :
Pengalaman disimpan sebagai suatu pelajaran dan menjadi pemahaman bila diberi stimulus yang berhubungan dengan pengalaman tersebut
Mengeluarkan informasi yang diperoleh dikeluarkan dalam bentuk pemahaman (bukan sekedar pengulangan kata)
Pemahaman yang diperoleh belum mampu untuk direalisasikan, sebatas memahami sesuatu dan menanggapi atas pemahamannya
Belum mampu menjabarkan, menguraikan dan menjelaskan secara rinci terhadap pemahaman tersebut
Perkembangan sosialisasi : masa ini adalah masa bermain dan berkelompok. Anak , banyak menghabiskan waktu dengan bermain secara bersama-sama dengan teman sebayanya (bermain sosial). Anak sudah dapat membedakan antara benda miliknya dengan miliknya orang lain; sudah dapat berhubungan dengan orang lain dan akan mencari teman sebaya untuk menjadi anggota kelompoknya.
Anak sudah mampu membedakan antara dirinya dengan orang lain dan mampu mengerti apa yang dilakukan orang lain untuk dirinya. Namun di sisi lain anak belum mampu memposisikan dirinya pada tempat orang lain (empati).
Cara berkomunikasi:
Sudah mampu secara aktif mengambil peran dalam komunikasi dengan keluarga dan teman-teman sebayanya
Sudah mulai menunjukkan sikap suka protes dan tidak mau kalah dalam berbicara
Sudah mulai menggunakan kata-kata untuk mempertahankan pendapatnya
Masa negativisme, anak sering melakukan sesuatu yang bertentangan
Berusaha menunjukkan perhatiannya dengan melakukan berbagai aktivitas untuk dapat perhatian orang lain
Mulai dilatih untuk memahami perpindahan obyek dengan bentuk yang berbeda akan menghasilkan berat yang sama. Sudah mulai bisa menerapkan disiplin waktu
Anak sudah dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan akhlaq, ibadah (puasa,berwudlu, sholat) dan muamalah (pinjam-meminjam dan jual-beli).
Untuk anak usia 4-6 tahun, lebih banyak lagi stimulasi yang dapat kita berikan. Namun tetap dengan menciptakan suasana yang menyenangkan anak tanpa melakukan pemaksaan. Rangsang rasa ingin tahu anak dengan memberikan banyak fakta untuk dieksplor. Anak akan banyak bertanya pada usia ini, mungkin dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk dijawab semisal : aku darimana, Allah ada di mana, mengapa kita tidak dapat melihat Allah, kemana perginya orang yang mati, dan sebagainya. Berikan jawaban yang sederhana tetapi tidak membohongi anak. Bila mungkin sertakan dalil dari Qur’an dan hadist.

Untuk membentuk aqidah anak, kita teruskan mengenalkan ciptaan Allah dan tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta. Selain itu berikan gambaran tentang berbagai nikmat Allah untuk menanamkan kecintaan anak pada-Nya. Misalnya bahwa Allah memberikan kita mata untuk melihat. Minta anak untuk berjalan dengan mata tertutup. Bagaimana bila Allah tidak memberikan mata untuk kita? Begitu pula setiap kita mendapat nikmat Allah, maka ceritakan pada anak dan ajak ia untuk mensyukurinya. Jelaskan bahwa Allah menyayangi kita. Dengan memahami kasih saying Allah, anak akan belajar untuk mencintai-Nya. Di kemudian hari, akan mudah bagi kita untuk memotivasi anak beribadah sebagai manifestasi cintanya kepada Allah.

Kenalkan juga anak dengan rukun-rukun iman lainnya. Untuk iman kepada yang ghaib seperti malaikat dan hari akhir, berikan dalil dari al Qur’an. Sedang keimanan terhadap al Qur’an, kita bisa jelaskan melalui bahasa sederhana, misalnya dengan penganalogan buku panduan penggunaan alat tertentu di rumah kita. Buku panduan penggunaan kompor misalnya. Bila kita langsung menggunakan kompor gas yang belum pernah kita kenal sebelumnya, maka bisa terjadi kesalahan yang berakibat fatal. Hidup adalah hal yang lebih penting dan lebih rumit. Maka Al Qur’an adalah buku manual manusia agar tidak salah langkah menggunakan hidupnya.

Tanamkan kecintaan anak kepada Rasulullah saw dengan menceritakan kisah-kisah perjuangan beliau, sifat-sifat beliau yang utama, dan kecintaan beliau kepada umat. Jelaskan juga bahwa cara kita mencintai beliau adalah dengan menjadikan beliau sebagai idola kita, teladan kita, mentaati semua ajarannya dan menjauhkan diri dari apa yang beliau larang dan tidak suka.

Sedangkan iman kepada qadha dan qadar Allah dapat kita jelaskan dari fakta yang ada di sekitar kita serta cerita-cerita, bahwa ketetapan Allah adalah yang terbaik untuk kita, sekalipun kadang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Ajak anak untuk menghafal surat-surat yang lebih panjang dari juz amma. Tidak sulit insya Allah bila kita terus menerus mengulangnya. Anak memiliki kemampuan hafalan yang kuat. Sedangkan untuk belajar membaca Al Qur’an, bisa dimulai pada usia ini namun tidak dipaksakan. Usia ideal bagi anak untuk belajar membaca adalah 7 tahun. Bila kita berkeinginan memulainya sebelum itu, buatlah suasana belajar menjadi suasana bermain yang anak merasa nyaman di dalamnya. Tanpa tekanan, paksaan, atau unsur menyalahkan.

Untuk memotivasi anak dalam berbuat di usia ini, kita gunakan arah motivasi mendekat, yaitu motivasi yang membuat anak terdorong untuk melakukan hal yang ia anggap menyenangkan. Bukan motivasi menjauh, yakni menakut-nakuti anak untuk menghindar dari suatu perbuatan. Contoh motivasi mendekat adalah kalau ia berbuat kebaikan, maka Allah akan memberikan pahala dan akan menyayanginya. Bila Allah sayang, maka Allah akan membalas dengan surga yang penuh dengan kenikmatan. Ini akan membuat anak merasa bahwa Allah adalah dzat yang penyayang.

Sebaliknya, memberikan motivasi menjauh seperti bila ia berbuat maksiat Allah akan menghukumnya, atau nanti akan memasukkannya ke neraka, dapat menciptakan image di benak anak bahwa Allah itu kejam. Dengan demikian, kenalkan anak terlebih dahulu dengan surga. Bila ia telah tamyiz, mampu membedakan baik buruk dengan konsekuensinya, baru kenalkan anak pada konsep dosa dan neraka.

Motivasi mendekat dapat pula diberikan melalui pemberian hadiah dan pujian. Hadiah tidak selalu dalam bentuk materi, namun bisa berupa cium sayang, pelukan, acungan jempol dan sebagainya. Sedang untuk pujian, selama tidak terkait dengan ibadah, pujian sah-sah saja diberikan. Namun bila terkait dengan ibadah, seperti anak melakukan shalat, pujian harus kita ubah, bukan dengan mengatakan “anak umi shalih”, namun katakan “Allah pasti akan memberimu pahala yang besar,” atau “anak umi pasti akan disayang Allah.” Ini untuk menghindarkan anak dari sifat riya, yaitu beramal untuk mendapatkan pujian.

Di usia ini anak sudah bersosialisasi dalam kelompok. Untuk mencetak anak dengan karakter pemimpin, yang terpenting adalah menumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Rasa percaya diri dapat ditumbuhkan bila kita membentuk konsep diri yang positif pada anak. Konsep diri, yaitu cara pandang anak terhadap dirinya, bila positif, seperti aku anak pintar, anak shaleh, aku bisa, dan sebagainya, akan membuat anak menghargai dirinya sendiri dan menempatkan diri dalam relasi yang setimbang dalam pergaulan kelompok.

Suasana rumah yang terbiasa memberikan penghargaan kepada anak, memberikan kesempatan pada anak untuk menyampaikan pendapat dan membuat keputusan, memberikan kepercayaan pada anak untuk mengerjakan tugas-tugas yang mampu dikerjakan anak, serta menganggap anak memiliki posisi yang penting dalam keluarga, akan membentuk sikap kepemimpinan pada anak. Sikap ini tinggal dipupuk terus agar kelak lahir seorang pemimpin besar.

Target Pendidikan untuk Anak Usia Dini

Kita perlu membuat target dalam mendidik anak agar kita memiliki arah yang jelas seperti apa kita mendidik mereka. Target akan membuat langkah kita lebih fokus. Target sebaiknya kita buat dalam parameter-parameter yang terukur, bukan dalam bentuk global seperti menjadikan anak kita anak yang shaleh. Bagaimana kriteria shaleh untuk anak usia dini? Perlu kita jabarkan lagi.

Target yang harus kita capai dalam pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut:

Anak telah mengenal Allah dan rasul-Nya serta rukun iman yang lain
Anak hafal juz Amma
Anak dapat mengerjakan sholat dengan sempurna (gerakan dan bacaannya)
Anak hafal hadits dan do’a sehari-hari.
Anak mengenal konsep pahala dan sorga, yang tampak dalam aktifitas sehari-hari, misalnya : gemar beribadah, gemar berbagi (memberi kepada orang lain ), gemar menolong orang lain dan senang melindungi yang lemah, mau mengalah (mendahulukan kepentingan orang lain), sabar (menunggu giliran, menyelesaikan pekerjaanya)
Anak memiliki kemampuan untuk bekerjasama dalam kelompok
Anak memiliki kepercayaan diri dan jiwa kepemimpinan yang kuat
Untuk anak perempuan, telah terbiasa menutup aurat saat bepergian keluar rumah
Dengan adanya target-target ini, kita sebagai orangtua akan lebih mudah untuk mengevaluasi kemampuan anak di setiap tahapan umurnya.

Inilah beberapa prinsip dalam mendidik anak di usia dini. Ibu, yang merupakan pelaku utama dalam proses pendidikan ini, harus selalu belajar dan mengembangkan kreativitas dalam memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak. Sekalipun sekolah-sekolah untuk anak usia dini telah banyak, termasuk yang bernafaskan Islam, tetapi tetap peran orangtua, terutama ibu tidak tergantikan.

Dari orangtualah anak mendapatkan pembiasaan, keteladanan, kasih sayang dan pengertian. Maka orangtua juga perlu ikut membenahi diri, mendidik diri sehingga mampu mendidik anaknya. Dengan cara inilah maka kita dapat menunaikan amanah yang diberikan Allah dan siap mempertanggungjawabkannya kelak di akhirat.[]

–DIVISI PARENTING–
Sumber:
http://hizbut-tahrir.or.id/2011/07/19/mencetak-generasi-tangguh/

Bukti Kebesaran Allah Pada Tulang Ekor

“Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat” ( HR. Al Bukhari , Nomor : 4935 )

Belasan abad lamanya, hadits tersebut menjadi hal yang gaib yang tidak mungkin bisa dijelaskan dengan logika. Seiring berjalannya waktu beberapa penelitian ilmiah mampu menjelaskan kebenaran hadits tersebut dikemudian hari.

“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk” (QS. Yasin : 78-79).

Adalah Han Spemann, Ilmuwan Jerman yang berhasil mendapatkan hadiah nobel bidang kedokteran pada tahun 1935. Dalam penelitiannya ia dapat membuktikan bahwa asal mula kehidupan adalah tulang ekor. Darinyalah makhluk hidup bermula. Dalam penelitiannya ia memotong tulang ekor dari sejumlah hewan melata, lalu mengimplantasikan ke dalam embrio Organizer atau pengorganisir pertama.

Pada saat sperma membuahi ovum (sel telur), maka pembentukan janin dimulai. Ketika ovum telah terbuahi (zigot), ia terbelah menjadi dua sel dan terus berkembang biak. Sehingga terbentuklah embryonic disk (lempengan embrio) yang memiliki dua lapisan.

Han Spemann, Ilmuwan Jerman

Pertama, External Epiblast yang terdiri dari cytotrophoblasts, berfungsi menyuplai makanan embrio pada dinding uterus, dan menyalurkan nutrisi dari darah dan cairan kelenjar pada dinding uterus.

Sedangkan lapisan kedua, Internal Hypoblast yang telah ada sejak pembentukan janin pertama kalinya. Pada hari ke-15, lapisan sederhana muncul pada bagian belakang embrio dengan bagian belakang yang disebut primitive node (gumpalan sederhana).

Dari sinilah beberapa unsure dan jaringan, seperti ectoderm, mesoderm, dan endoderm terbentuk.

Ectoderm, membentuk kulit dan sistem syaraf pusat.

Mesoderm, membentuk otot halus sistim digestive (pencernaan), otot skeletal (kerangka), sistem sirkulasi, jantung, tulang pada bagian kelamin, dan sistem urine (selain kandung kemih), jaringan subcutaneous, sistem limpa, limpa dan kulit luar.

– Sedangkan, Endoderm, membentuk lapisan pada sistim digestive, sistem pernafasan, organ-orang yang berhubungan dengan sistem digestive (seperti hati dan pancreas), kandung kemih, kelenjar thyroid (gondok), dan saluran pendengaran. Gumpalan sederhana inilah yang mereka sebut sebagai TULANG EKOR.

Pada penelitian lain, Han mencoba menghancurkan tulang ekor tersebut. Ia menumbuknya dan merebusnya dengan suhu panas yang tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Setelah menjadi serpihan halus, ia mencoba mengimplantasikan tulang itu pada janin lain yang masih dalam tahap permulaan embrio. Hasilnya, tulang ekor itu tetap tumbuh dan membentuk janin sekunder pada guest body (organ tamu). Meskipun telah ditumbuk dan dipanaskan sedemikian rupa, tulang ini tidak ‘hancur’.

Dr. Othman al Djilani dan Syaikh Abdul Majid juga melakukan penelitian serupa. Pada bulan Ramadhan 1423 H, mereka berdua memanggang tulang ekor dengan suhu tinggi selama 10 menit. Tulang pun berubah, menjadi hitam pekat. Kemudian, keduanya membawa tulang itu ke al Olaki Laboratory, Sana’a, Yaman, untuk dianalisis. Setelah diteliti oleh Dr. al Olaki, profesor bidang histology dan pathologi di Sana’a University, ditemukanlah bahwa sel-sel pada jaringan tulang ekor tidak terpengaruh. Bahkan sel-sel itu dapat bertahan walau dilakukan pembakaran lebih lama.

Lebih dari itu berdasarkan penelitian mutakhir, sebagaimana yang disampaikan oleh Jamil Zaini, Trainer Asia Tenggara Kubik Jakarta ketika mengisi acara buka puasa bersama di al Azhar-Solo Baru dengan tajuk, “Inspiring Day; Inspiring The Spirit of Life”, tulang ekor ini merekam semua perbuatan anak Adam, dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Ia merekam semua perbuatan baik-buruk mereka. Dan perbuatan mereka ini akan berpengaruh pada kondisi tulang ekornya. Putih bersih atau hitam kotor. Semakin banyak energy positif atau kebaikan seseorang maka semakin bersih tulang ekornya, dan semakin banyak energy negative atau keburukan seseorang maka semakin hitamlah tulang ekornya.

Dari sinilah, balasan pada hari kiamat kelak tidak akan pernah tertukar. Dari tulang ekor inilah, manusia akan kembali dicipta, dan mereka akan diberi balasan sesuai dengan kadar amal-amal mereka. Ajaibnya, ini semua sudah disabdakan oleh Nabi berpuluh abad yang lalu.

“Tiada bagian dari tubuh manusia kecuali akan hancur (dimakan tanah) kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor, darinya manusia dirakit kembali pada hari kiamat.” (HR. al Bukhari, nomor 4935).

Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (nomor 2955),

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallâhu alaihi wa sallam bersabda, “Seluruh bagian tubuh anak Adam akan (hancur) dimakan tanah kecuali tulang ekor, darinya tubuh diciptakan dan dengannya dirakit kembali.”

Dari petunjuk hadist di atas, Ilmuwan muslim pada paruh kedua abad ke-20 telah mendasarkan pemahaman mereka mengenai kemukjizatan hadis tentang tulang ekor ini pada kaidah pengetahuan yang paling dasar, yaitu “Tulang ekor merupakan bagian pertama yang tumbuh dari janin, biasa disebut dengan primitive streak, yaitu bagian utama yang terbentuk pada minggu ketiga”.

“Akan Kami tunjukkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami pada alam dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (Fushshilat: 53)

Wallahu alam bish showab..

https://i0.wp.com/static.arrahmah.net/images/stories/2012/06/tulang-ekor.jpg

(saif/zzl/arrahmah.com)

Kunci-kunci Surga

Setiap Muslim, siapapun dia, tentu berharap masuk surga. Bahkan surga adalah puncak harapan setiap Muslim. Baik Muslim yang taat ataupun yang suka maksiat, yang adil ataupun yang fasik, yang lurus ataupun yang menyimpang, yang tunduk pada syariah ataupun yang menentang, yang pasrah kepada Allah SWT ataupun yang membantah, yang memperjuangkan syariah ataupun yang menghalangi tegaknya syariah; semuanya pasti ingin masuk surga; tak ada yang tidak menginginkan surga. Begitulah yang tampak di permukaan.

Namun, apa yang dinyatakan oleh baginda Rasulullah SAW ternyata berbeda dengan realitas atau klaim di atas. Pasalnya, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Setiap orang dari umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya heran, “Siapa yang enggan masuk surga, wahai Rasulullah?” Kata beliau, “Mereka yang menaati aku akan masuk surga, sedangkan yang menentang aku berarti mereka enggan masuk surga.” (HR al-Bukhari, Ahmad dan an-Nasa’i).

Karena itu, bagi seorang Muslim yang menaati Rasulullah SAW, surga tentu sedang menanti dirinya untuk dimasuki. Hanya saja, surga memiliki sejumlah pintu, dan pintu-pintu surga (bab al-jannah) memiliki kuncinya masing-masing (miftah al-jannah). Lalu apa kunci-kunci surga itu?

Ada banyak kunci surga sebagaimana yang dinyatakan langsung oleh baginda Rasulullah SAW dalam beberapa haditsnya. Tiga di antaranya adalah: ucapan La Ilaha illaLlah(kalimat at-tahlil); menegakkan shalat; mencintai orang miskin (hubb al-masakin).

Pertama: Rasulullah SAW bersabda, “Miftah al-jannah La ilaha illLlah (Kunci surga adalah Tiada Tuhan kecuali Allah).” (HR al-Bukhari). Di sini tentu yang dimaksud bukanlah sekadar mengucapkan kalimat tahlil di atas, tetapi memaknainya dengan cara merefleksikannya dalam kehidupan. Konsekuensi dari kalimat tahlil adalah: tunduk dan patuh hanya kepada Allah serta tidak membuat aturan sendiri selain aturan yang telah Allah tetapkan. Saat seorang Muslim enggan tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan cara tunduk dan patuh pada seluruh syariah-Nya, pada hakikatnya ia mengingkari kalimat tahlil di atas. Apalagi saat seorang Muslim malah membuat aturan sendiri yang berbeda bahkan bertentangan dengan aturan Allah SWT, yakni aturan yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Pada saat demikian, dia bukan saja mengingkari kalimat tahlil di atas, tetapi bahkan telah menyejajarkan dirinya dengan-malah menempatkan dirinya di atas-Allah  SWT (Lihat: QS at-Taubah [9]: 31). Padahal Allah SWT telah menegaskan (yang artinya): Sesungguhnya hak membuat hukum itu (yakni menentukan halal-haram, pen.) adalah milik Allah semata (TQS al-An’am [6]: 57).

Kedua: Rasulullah SAW bersabda, “Miftah al-jannah ash-shalat (Kunci surga adalah shalat).” (HR at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Baihaqi). Menegakkan shalat adalah ibadah pokok dan utama sekaligus wujud penghambaan seorang Muslim kepada Allah SWT. Tanpa menegakkan shalat, klaim seorang Muslim dalam kalimat La ilaha illalLah tentu layak dipertanyakan. Yang pasti, tanpa shalat, seorang Muslim berarti telah kehilangan salah satu kunci surga.

Ketiga: Rasulullah SAW bersabda, “Miftah al-jannah hub al-masakin (Kunci surga adalah mencintai orang-orang miskin).” (Ats-Tsa’labi, Tafsir ats-Tsa’labi, IV/184).

Refleksi kalimat tahlil dalam kehidupan dan aktivitas shalat adalah cerminan dari hubungan manusia dengan Allah SWT (habl[un] minalLah). Adapun mencintai orang-orang miskin merupakan cerminan dari hubungan manusia dengan manusia lain (habl[un] min an-nas).

Sebagian ulama menambahkan, bahwa di antara kunci surga adalah meninggalkan hawa nafsu. Imam al-Qurthubi, misalnya, mengutip Sahal, menyatakan “Miftah al-jannah tark al-hawa’ (Kunci surga adalah meninggalkan hawa nafsu).” (Al-Qurthubi, IX/208). Hawa nafsu adalah segala ucapan atau tindakan yang bertentangan dengan wahyu. Artinya, hawa nafsu adalah lawan dari wahyu. Ini sesuai dengan firman Allah SWT (yang artinya):Tidaklah yang diucapkan Rasul itu berasal dari hawa nafsunya. Ucapan Rasul itu tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan Allah kepada dirinya (TQS an-Najm [53]: 3-4).

Jika ditelaah, meninggalkan hawa nafsu-tentu seraya mengikuti wahyu-hanyalah konsekuensi belaka dari kalimat tahlil di atas.

Itulah di antara kunci-kunci surga yang diisyaratkan oleh baginda Rasulullah SAW.

Sebaliknya, baginda Rasullah SAW pun menginformasikan kepada kita sejumlah penghalang yang bisa menghalangi kita masuk surga. Beliau, misalnya, bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam kalbunya terdapat sedikit saja sikap sombong(HR Muslim).”

Beliau juga bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahmi (HR al-Bukhari).”

Beliau pun bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang gemar mengadu-domba (HR Muslim).”

Masih ada hadits-hadits senada. Pada akhirnya, semoga kita bisa mendapatkan kunci-kunci surga di atas, dan sebaliknya kita bisa menyingkirkan segala faktor penghalang yang bisa menghalangi kita masuk ke dalam surga-Nya. Amin. [] abi

http://www.hidupberkah.com/slide-news/kunci-kunci-surga/

Menikmati ‘Taman Surga’

Taman, di manapun, selalu diasosiasikan sebagai tempat yang indah, penuh warna, dengan ragam pepohonan dan bunga warna-warni, harum semerbak; baik ia ada di depan atau belakang rumah mewah; baik ia ada di sekeliling istana para raja; atau mungkin ia merupakan tempat tersendiri yang sengaja dirancang sebagai tempat rekreasi dan wisata. Taman selalu diasosiasikan dengan keindahan. Tak ada taman yang diasosiasikan dengan keburukan. Demikianlah realitas taman di dunia ini.

Namun demikian, seindah apapun taman di dunia tak pernah ada yang kemudian disebut dengan ‘taman surga’. Karena itu, menarik saat justru Baginda Rasulullah SAW menyebut-nyebut adanya ‘taman surga’, bukan di surga, tetapi di dunia ini. Anas bi Malik menuturkan bahwa Baginda Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para Sahabat, “Jika kalian melewati taman-taman surga, makan dan minumlah di dalamnya.” Para Sahabat bertanya, “Apakah taman surga itu, wahai Rasulullah?” Jawab beliau, “Halaqah-halaqah(majelis-majelis) ddzikir.” (HR at-Tirmidzi).

Melalui hadits ini, tegas Rasulullah menyamakan majelis ddzikir dengan taman surga, tentu dari sisi kemuliaan dan keutamaannya, sekaligus menyebut orang yang ada di majelis-majelis ddzikir sebagai orang-orang yang sedang menikmati hidangan di taman-taman surga itu (Syarh Ibn Bathal, II/5).

Keutamaan taman surga tentu tak bisa dibandingkan dengan taman dunia. Sebab, surga itu sendiri dan apa saja yang ada di dalamnya belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga atau terbersit di dalam kalbu manusia (Tafsir ath-Thabari, XVII, 346).

Lalu apa yang dimaksud dengan majelis dzikir? Dalam hadits lain Rasul SAW menyebut taman-taman surga itu dengan majelis-majelis ilmu. Inilah yang juga dipahami oleh para Sahabat seperti Abu Hurairah ra dan Ibn Mas’ud ra (Fauzi Sinaqart, At-Taqarrub iilla Allah). Imam al-Qurthubi juga menyebut majelis-majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu tentang halal dan haram. Adapun menurut Imam a-Ghazali, yang dimaksud adalah majelis ilmu-ilmu akhirat; ilmu tentang Allah SWT dan kekuasaan-Nya serta penciptaan-Nya (Faydh alQadir, I/696).

*****

Terkait ilmu dan keutamaan majelis ilmu, juga kemuliaan para pencarinya, diterangkan oleh banyak hadits, selain hadits di atas. Baginda Rasulullah SAW, misalnya, pernah bersabda, “Mencari ilmu adalah kewajiban setiap Muslim.”(HR Muslim).

Katsir bin Qays berkata:

Saya pernah duduk bersama Abu ad-Darda di Masjid Damakus. Tiba-tiba datang seseorang kepada dia dan berkata, “Wahai Abu ad-Darda, saya datang kepada engkau dari Madinatur Rasul SAW demi memastikan suatu hadits yang sampai kepada diriku, bahwa engkau pernah membicarakan hadits itu dari Rasul SAW, yang tentu sangat aku butuhkan.”

Abu ad-Darda lalu berkata, “Aku memang pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,“Siapa saja yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan membuka bagi dirinya salah satu jalan di antara jalan-jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat benar-benar meletakkan sayap-sayap mereka karena ridha kepada pencari ilmu. Sesungguhnya seorang yang berilmu (ulama) benar-benar dimintakan ampunan kepada Allah bagi dirinya oleh siapa saja yang ada di langit dan di bumi, hingga bahkan ikan-ikan di air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang suka beribadah adalah seperti keutamaan cahaya bulan purnama atas cahaya seluruh bintang di malam hari. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambil ilmu, berarti dia telah mengambil sesuatu yang amat berharga.”(HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibn Majah dan Ahmad).

Generasi salafush-shalih adalah orang-orang yang amat memahami keutamaan ilmu dan majelis ilmu. Lalu bagaimana dengan generasi umat Islam hari ini? Sayang, meski kebanyakan majelis ilmu itu gratis, padahal menjanjikan keutamaan yang luar biasa saat hadir di dalamnya sebagaimana sabda Baginda Rasulullah SAW di atas, tak banyak orang yang berbondong-bondong untuk menghadirinya. Buktinya, meski majelis ilmu menjamur di mana-mana, biasanya yang hadir jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Bandingkan dengan “majelis sepak bola” atau “majelis konser musik”; meski setiap orang harus mengeluarkan puluhan atau bahkan ratusan ribu untuk membeli karcis masuk, toh peminatnya selalu membludak walau harus berdesak-desakan. Padahal jelas, “majelis-majelis” semacam ini tak menjanjikan apa-apa selain kesenangan sesaat. Itulah realitas generasi umat hari ini. Mereka benar-benar telah ‘buta’, tak lagi dapat melihat keutamaan dan keindahan taman-taman surga. Na’udzu billah min dzalik. [] abi

sumber: http://hizbut-tahrir.or.id/